Pekerja Rumah Tangga: Profesi Sektor Jasa

 Pekerja Rumah Tangga: Profesi Sektor Jasa

Ilustrasi (Sumber: Canva.com)

 

Pekerja Rumah Tangga (PRT) dapat dikatakan sebagai salah satu jenis profesi tertua di dunia. Jenis pekerjaan ini banyak diampu oleh perempuan. Dalam struktur masyarakat yang patriarkis, jenis pekerjaan ini bahkan dianggap sebagai tugas alamiah perempuan yang bersifat pelengkap dan tidak bernilai ekonomis.

 

Pekerjaan Domestik

Saya tidak melihat ada penghargaan saat seorang perempuan bisa mencuci, memasak, setrika baju, menggendong, menyapu. Semua hal itu dianggap pekerjaan alamiah perempuan. Sedangkan saat ada laki-laki yang mengerjakan itu, dilarang dengan beragam cara termasuk dengan mengatakan bahwa pekerjaan domestik adalah pekerjaan perempuan. Laki-laki yang mengerjakan kerjaan domestik dianggap tidak sesuai kodratnya.

Hal ini merupakan internalisasi dari sistem patriarki, yaitu suatu sistem yang meletakkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dan menegaskan tugas perempuan dan tugas laki-laki. Jadi, pekerjaan-pekerjaan di rumah sering kali dalam sistem patriarki, disebut sebagai pekerjaan perempuan. Sedangkan laki-laki diposisikan untuk bekerja di luar rumah.

Maka ketika perempuan dapat mencuci, memasak, menyetrika, merawat anak, menggendong anak, menyapu dan kerja-kerja domestik lainnya, semua itu dianggap sebagai aktivitas alamiah perempuan. Bukan dianggap sebagai profesi.

Hal yang dianggap profesi adalah mereka yang diposisikan dan dikondisikan bekerja di luar rumah. Dalam artian, bekerja di kantor, menjadi penegak hukum, bisa di pemerintahan, bisa sebagai teman-teman pekerja sosial, atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sementara itu, yang diposisikan bekerja di rumah dianggap sebagai pekerjaan alamiah perempuan semata. Konsekuensinya, kerja-kerja domestik dianggap bukan sebagai profesi.

Itulah kenapa siapapun yang bekerja di rumah tangga, baik rumah tangga sendiri maupun rumah tangga orang lain hanya dianggap aktivitas alamiah perempuan. Artinya, pekerjaan domestik dianggap tidak menghasilkan nilai ekonomi. Pekerjaan yang dihargai hanyalah pekerjaan-pekerjaan yang terdapat di ruang publik, bukan ruang domestik.

Pemahaman ini penting, agar kita bisa melihat kerja-kerja yang dilakukan perempuan di ruang domestik. Apakah itu kepentingan sendiri, keluarganya atau kepentingan keluarga lain sebetulnya memberikan kontribusi yang sangat besar.

 

Sektor Jasa 

Pekerjaan domestik yang dilakukan perempuan lambat laun bergeser menjadi sektor jasa. Seperti dalam kasus PRT yang menyediakan jasa domestik untuk bekerja di rumah orang lain, sehingga kerja domestik yang dilakukannya  mendapat bayaran.

Saya sendiri memiliki pengalaman soal pembayaran atas kerja-kerja PRT. Cara bekerja sama dengan PRT tergantung kesepakatan kedua pihak, sehingga jasa PRT dapat dibayar dalam bentuk uang, dalam bentuk sekolah, atau dalam bentuk budaya ngenger, yaitu tinggal di dalam satu rumah yang segala kebutuhannya dijamin. Baik kebutuhan makanan, minuman, pakaian, bahkan biaya sekolah anak-anaknya.

Dalam konteks ini, terdapat pergeseran dari pekerjaan alamiah semata menjadi sebuah profesi. Sebelumnya pekerjaan domestik dianggap sebagai pekerjaan alamiah semata, kemudian bergeser menjadi sebuah profesi yang diakui. Bentuk pembayarannya beragam sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan antar pihak.

Namun pergeseran antara pekerjaan yang sifat alamiah tadi, sayangnya tidak diikuti dengan perubahan persepsi. Bahwa pekerjaan domestik yang dilakukan PRT juga memiliki nilai lebih. Pihak yang membutuhkan jasa PRT perlu menyadari bahwa pekerjaan domestik itu tidak bisa dilakukan sendiri, sehingga butuh PRT. Maka keberadaan PRT sangat membantu.

 

Nilai Lebih

Suatu hari, saya pernah ditanya oleh seseorang, kapan saya pernah mengalami kebutuhan akan PRT di rumah? Hal ini membuat saya reflektif dan mengingat masa lalu saat saya kecil.

 

Baca Juga: PHK Pada PRT Selama Pandemi

 

Ibu saya melahirkan 13 orang anak. Ibu saya seorang pedagang batik. Saat itu, ibu saya dibantu oleh PRT. Ada yang menginap di rumah, ada yang tidak. Seingat saya waktu kecil, ada mbak yang sekolah di waktu siang. Setahu saya, ia sekolah bidan. Lulus SMA sekolah bidan. Ada juga mbak yang membantu setrika, mbak yang membantu mencuci, dan mbak yang membantu untuk memasak.

Pekerjaan-pekerjaan domestik itu memang tidak memungkinkan dikerjakan sendiri oleh ibu. Anak-anak ibu saya juga harus mencari uang untuk membantu ekonomi keluarga. Saya sendiri tidak tahu persis berapa upah yang diberikan untuk PRT yang membantu keluarga kami. Setahu saya, hubungan kami sangat-sangat baik. Saat mbak menikah, mereka mengundang kami. Setelah menikah, punya anak, setiap lebaran datang ke rumah kami. Hal ini memberi kesan bahwa mereka menempatkan keluarga kami sebagai keluarganya, dan orang tua kami juga orang tuanya.

Dalam kasus keluarga saya ini, artinya terdapat pergeseran dari sifat alamiah PRT menjadi profesi yang memiliki nilai lebih ekonomi. Di mana letak nilai ekonominya?

Bisa dipahami bahwa ibu saya tidak bisa bekerja kalau tidak dibantu. Segala pekerjaan domestik di-handle oleh beberapa PRT. Pada waktu saya kecil, memasak masih menggunakan kayu, belum ada minyak dan gas. Belum ada masak nasi yang menggunakan magic jar, sehingga nasi mulai pagi sampai malam itu adalah nasi yang pagi ditanak. Begitu juga dengan lauk pauk dan sayur-mayur lainnya. Jadi, memasak pun tugas yang cukup berat.

Untuk mengambil air juga harus menimba, belum ada mesin. Seingat saya, sampai kelas 6 SD, ada pemadaman listrik tidak lama setelah maghrib. Betapa repotnya pekerjaan domestik tersebut, terlebih jika dilakukan seorang diri.

Jadi nilai tambah yang diberikan PRT sangat besar kepada yang menggunakan jasa PRT. Kehadiran PRT membuat anak-anaknya bisa sekolah, mengikuti pendidikan tambahan selain sekolah umum, termasuk sekolah baca Alquran.

Untuk ibu saya sendiri, nilai tambahnya adalah dapat menjual kain batik, sarung, selendang di toko, dan pakaian sehari-hari. Selain itu juga membuat ibu saya masih bisa melakukan berbagai aktivitas sosialnya. Saya yakin berbagai aktivitas itu sangat sulit dilakukan misalnya ibu saya tidak dibantu oleh PRT pada saat itu.

Begitu juga jasa kawan-kawan PRT sangat banyak kepada bapak saya. Kerja-kerja domestik PRT membantu bapak saya sehingga dapat menjadi tokoh masyarakat kala itu. Bapak saya dapat melakukan pengajian, ceramah, dan melakukan aktivitas sosial lainnya. Saya yakin kalau tidak ada bantuan seperti ini, mungkin aktivitas sosialnya tidak dapat dilakukan.

Maka penting untuk menyadari bahwa PRT ini merupakan profesi yang memberikan nilai lebih kepada keluarga-keluarga yang dibantu. Persepsi ini yang perlu ditanamkan, sehingga perlu membuat standard agar PRT mendapat perlakuan yang manusiawi dan layak.

 

 

Dr. Ninik Rahayu, S.H., M.S. (Tenaga Profesional Lemhannas RI, Purna Pimpinan Ombudsman RI 2016-2021, Purna Komisioner Komnas Perempuan 2007-2009 dan 2010-2014)

*Tulisan ini merupakan intisari dari pemaparan Dr. Ninik Rahayu, S.H, M.S. melalui live instagram pribadinya @ninikr2309 yang bertema “Mengenal Profesi Pekerja Rumah Tangga” pada 5 Oktober 2021.

Digiqole ad