Duh, Masih Ada Perempuan Menstigma Perempuan

 Duh, Masih Ada Perempuan Menstigma Perempuan

Ilustrasi (JalaStoria.id)

Ada dua orang perempuan bertengkar, yang satu berstatus sudah menikah, sementara yang lainnya single. Sebenarnya pertengkaran keduanya tidak ada hubungan dengan status menikah atau tidak menikahnya mereka. Tiba-tiba dalam pertengkaran tersebut, perempuan yang sudah menikah ini meneriaki temannya “Dasar lo perawan tua! Dasar lo perempuan ga laku! dst…”

Saya yang tahu adanya pertengkaran itu karena dilakukan di ranah publik, jujur saya gemes banget. Tapi teman saya bilang, “Ga apa, Ken, saya selesaikan sendiri.” Jujur saya bertanya-tanya: Kenapa ya harus ngatain seseorang perawan tua? Kenapa harus menyerang status seseorang? Kenapa harus menggunakan kata “laku”? Apakah perempuan itu barang dagangan, sehingga menilainya harus pakai kata laku atau tidak laku?

Akhirnya saya simpulkan, sangat kasihan pemikiran orang ini di mana ia berpikir perempuan akan berharga jika ia menikah, punya suami, dan punya anak. Sementara jika belum atau tidak menikah ia memandang perempan tidak bahagia, tidak laku, dan sebagainya. Padahal status pernikahan itu tidak bisa dijadikan tolak ukur sebuah kebahagiaan!

Usut punya usut, si pelaku yang ngata-ngatain temannya ini, ternyata hidupnya juga ga bahagia dengan status menikah tersebut. Salah seorang temannya bercerita ke saya, bagaimana ia sering di-abuse suaminya. Namun ia bertahan, agar tidak menjadi cibiran orang.

Melihat orang-orang seperti ini saya kadang kasihan juga, mereka ingin menjatuhkan orang lain namun hidupnya sendiri tidak bahagia. Bahkan mungkin definisi pernikahan itu sendiri mereka ga paham. Orang-orang seperti ini akhirnya menjadi orang yang dengan mudah menjatuhkan stigma kepada perempuan lainnya.

Saya ingin menyebutnya sebagai “predator bagi sesama perempuan,” dan yang seperti ini banyak banget kita temui dalam kehidupan kita.

Saya teringat, suatu hari di tahun 2015 saya pernah ngobrol dengan ibu Azriana R Manalu. Saat itu beliau menjabat sebagai Ketua Komnas Perempuan. Beliau bilang “PR kita berat Ken, banyak perempuan yg belum tercerahkan. Bahkan kodrat perempuan itu apa aja, mereka ga tau, hingga akhirnya mereka menciptakan pemahaman kodrat sendiri yang berujung pada sebuah pemahaman kodrat ala patriarki. Dan banyak yang jadi korban patriarki, sehingga akhirnya menjadi predator bagi sesamanya.”

Hari ini saya kembali menemui kejadian yang sama, perempuan produk patriarki menyerang sesamanya dengan menggunakan status pernikahan. Ini tahun 2020, ternyata masih ada aja predator model begini. PR kita masih banyak untuk mendidik perempuan agar tidak menjadi pelaku yang menstigma sesama perempuan.[]

 

Kennedy Jennifer Dhillon

Penulis dan Sutradara Film

Digiqole ad