5 Film tentang Kisah Pilu Korban TPPO, Ada yang Raih 4 Penghargaan
Kisah pilu para korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) tak selamanya terkuak ke permukaan. Ada korban yang masih menderita dan tak berani bersuara. Namun, tak sedikit yang mau lantang bercerita demi mencegah kejadian serupa terjadi pada orang lain.
Cerita perjuangan korban TPPO ini juga kerap dilirik oleh para produser dan sutradara. Sebagian dari kisah para korban yang akhirnya dibuat menjadi film dan tayang di bioskop-bioskop di Indonesia dan dunia.
Lewat film tentang korban TPPO ini, para sutradara, produser bahkan si korban menceritakan pengalaman hidupnya yang getir. Bukan untuk minta dikasihani, namun karena ingin mengingatkan orang lain agar tak menjadi korban seperti dirinya.
Berikut ini film-film luar negeri dan Indonesia yang menceritakan tentang kisah korban TPPO, dirangkum JalaStoria dari berbagai sumber:
- Woman from Rote Island
Women from Rote Island bercerita tentang perjuangan para perempuan dari Rote yang berusaha untuk mencari keadilan terhadap kasus kekerasan dan diskriminasi. Film dibintangi oleh Merlinda Dessy Adoe, Irma Novita Rihi, hingga Van Jhoov.
Pada Festival Film Indonesia 2023, Women from Rote Island mendapatkan 14 nominasi, termasuk sejumlah kategori bergengsi. Film ini pun berhasil membawa pulang empat piala penghargaan, yaitu Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, dan juga Film Cerita Panjang Terbaik.
Women from Rote Island bercerita tentang sebuah keluarga di Rote, Nusa Tenggara Timur, yang sedang berduka. Orpa (Merlinda Dessy Adoe) menjadi ibu tunggal dari tiga anak perempuan ketika suaminya, Abram, meninggal dunia. Orpa belum mau menguburkan jenazah Abram karena masih menantikan kepulangan anak perempuan sulungnya yang bernama Martha (Irma Novita Rihi).
Ternyata Martha merupakan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja sebagai buruh perkebunan sawit di Malaysia. Setelah keluarganya menanti selama 8 hari, Martha akhirnya pulang dalam keadaan depresi dan menyimpan banyak luka di tubuhnya.
Martha ternyata mengalami kekerasan seksual dari majikannya di Malaysia yang dipanggil Datuk. Alih-alih mendapatkan bantuan karena menjadi korban kekerasan, Martha justru malah menjadi korban kekerasan seksual lagi di kampung halamannya.
Baca Juga: Cek Toko Sebelah 2: Apa Benar Orang Tua Tahu yang Terbaik?
- The Storm Makers
Film yang dirilis pada 2014 ini mengisahkan tentang perdagangan manusia yang terjadi di Kamboja. Karya dari Guillaume Suon ini memperlihatkan bagaimana peran keluarga dan lingkungan setempat yang menyebabkan para anak dijual oleh orang tak bertanggung jawab. Dalam salah satu cuplikannya, salah satu pedagang menyebutkan bahwa dia telah menjual lebih dari 500 gadis yang di antaranya masih berumur 14 tahun.
Lewat film The Storm Makers kita bisa melihat betapa pilunya nasib korban TPPO. Mereka tak lagi dipandang sebagai manusia, tetapi hanya barang dagangan oleh segelintir oknum.
Kisah TPPO juga sempat dibuat oleh Ashley Sabin dan David Redmon. Film yang dirilis pada 2011 ini mengisahkan tentang seorang model bernama Ashley. Ashley merekrut para gadis berusia 13 tahun dari Siberia untuk dijadikan sebagai model di Jepang.
Mirisnya gadis-gadis tersebut dipekerjakan secara paksa oleh Ashley dan timnya untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Para model yang masih di bawah umur ini dipekerjakan bahkan tak dibayar sesuai dengan tenaga mereka.
Baca Juga: Dari Film Tilik: Memahami Makna Gosip
- Born into Brothels
Film yang dirilis pada 2004 merupakan dokumenter India-Amerika tentang prostitusi anak yang terjadi di Kolkata, India. Diketahui Kolkata merupakan salah satu kota termiskin di dunia sehingga praktik perdagangan manusia sudah menjadi hal yang biasa.
Uniknya film dokumenter ini dibuat berdasarkan sudut pandang seorang fotografer. Dia melakukan perjalanan ke Kolkata untuk memotret para pekerja seks komersial. Di sana, si fotografer meminjamkan kameranya kepada anak-anak korban prostitusi agar mereka dapat belajar fotografi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Lewat jepretan anak-anak itulah terekam bagaimana kejamnya nasib korban TPPO yang dijadikan praktik prostitusi.
- Hanya Manusia
Film Hanya Manusia tayang di bioskop di Indonesia pada 7 November 2019. Film karya Tepan Kobain menjadi persembahan dari Divisi Humas Polri untuk masyarakat Indonesia.
Berbeda dari 4 film di atas, Hanya Manusia bercerita tentang seorang perwira muda bernama Annisa (Prisia Nasution) yang tergabung dalam Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara. Bersama Iptu Aryo (Lian Firman), Annisa ditugaskan mengusut sebuah kasus penculikan.
Konflik dalam film ini bermula ketika Dinda (Shenina Cinnamon), adik perempuan Annisa, menjadi korban penculikan dalam kasus yang sama. Ternyata, kasus penculikan tersebut menjadi bagian dari aksi kejahatan sebuah sindikat human trafficking (perdagangan manusia).
Penekanan pesan pada film ini adalah sisi humanisme Annisa sebagai seorang polisi. Banyaknya korban dalam kasus penculikan tersebut membuat Annisa mengalami tekanan mental. Terbayang polisi yang menangani kasus terkait TPPO pun bisa stres melihat nasib para korban.
Itulah lima film yang mengangkat kisah tentang TPPO di dunia dan di Indonesia.
Apabila Sobat mengetahui atau mengalami TPPO, jangan ragu untuk mencari bantuan layanan penanganan, pelindungan, dan pemulihan. Sobat yang berada di luar negeri dapat menghubungi KBRI setempat, atau kontak BP2MI. Apabila membutuhkan informasi tentang lembaga penyedia layanan untuk korban, dapat menghubungi JalaStoria melalui kontak 0858-4000-1001 atau klik tautan pengaduan yang kami sediakan.
Elvira Siahaan, perempuan apa adanya, mencintai anjing, dan suka petualangan baru.