Perempuan Lebih dari Sekedar Hymen
Pertanyaan: (JalaStoria menerima pertanyaan konsultasi dari tiga orang Sahabat seputar kekerasan seksual di masa kecil dan keterkaitannya dengan keperawanan, dengan intisari pertanyaan sebagai berikut:) Saya mengalami kekerasan seksual di masa kecil, tanpa saya ketahui bahwa itu adalah kekerasan seksual. Peristiwa itu baru saya sadari ketika sudah besar. Saya cemas sudah tidak perawan, apalagi dalam waktu dekat saya akan menikah. Bagaimana mengatasi kecemasan ini? (E, N, dan Ek)
Tanggapan:
Dear Sahabat Jalastoria E, N dan Ek
Sahabat, tidak mudah loh untuk menceritakan pengalaman yang sahabat alami karena apa yang terjadi memang peristiwa yang traumatis dan kerap dianggap aib oleh sebagian besar masyarakat kita, bahkan melalui email sekalipun. Kami sangat mengagumi keberanian Sahabat untuk berbagi kisah dengan kami.
Sebelum menjawab pertanyaan Sahabat, kami hendak menjelaskan dulu apa yang disebut sebagai keperawanan. Masyarakat mengaitkan keperawanan dan moralitas dengan keutuhan hymen atau selaput dara, dan menyatakan bahwa keutuhan ini harus dijaga sampai dengan menikah kelak dimana suaminya sendiri yang akan merobeknya pada saat penetrasi. Konsep ini yang kerap didengung-dengungkan kepada perempuan dan meletakkan tanggung jawab besar bagi perempuan, si pemilik hymen.
Hymen sendiri tidak seperti lapisan yang menutup dunia luar dengan liang Rahim seperti tirai atau kaca. Hymen adalah lapisan kulit yang sangat tipis yang memiliki rongga hingga darah menstruasi dapat keluar. Bila disederhanakan bentuk hymen seperti donat yang berongga di tengahnya. JIka tidak berongga, maka perempuan tersebut tidak dapat mengeluarkan darah menstruasi dan harus ada tindakan medis untuk mengoyaknya.
Kondisi hymen masing-masing orang berbeda, ada yang lahir tanpa hymen, ada yang sangat tipis hingga mudah koyak ketika lakukan aktvitas fisik, dan ada pula yang sangat tebal serta elastis sehingga berkali-kali penetrasi (dimasukkan) penis sekalipun bentuknya akan kembali seperti semula. Dalam dunia medis tidak ada istilah perawan atau tidak perawan, karena hymen bisa tidak dimiliki perempuan, bisa sobek tanpa aktivitas seksual, atau bisa tetap utuh meski sudah penetrasi.
Sungguh disayangkan pemahaman masyarakat yang keliru tentang hymen ini dilekatkan kepada perempuan sedemikian rupa, hingga membuat Sahabat bertiga merasa sangat cemas karenanya. Pengalaman traumatik di masa kanak-kanak sangat mungkin berdampak pada sikap Sahabat mengenai seks itu sendiri. Cukup banyak perempuan yang alami pengalaman traumatik terkait aktivitas seksual di masa kanak-kanak, tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan bahkan mengalami disfungsi seksual, atau masalah ketika berhubungan seks dengan suaminya kelak.
Kami dapat memahami kecemasan Sahabat, namun yang perlu diingat adalah saat itu sahabat masih usia anak. Sahabat belum memahami apa yang terjadi, ada yang mengalami pencabulan, dan bahkan ada pula yang dipaksa penetrasi. Fokus pada apa yang terbaik yang sahabat bisa lakukan saat ini. Kembangkan minat dan bakat Sahabat, tingkatkan prestasi akademik atau prestasi kerja sahabat, buka pertemanan dengan banyak pihak, termasuk dengan lawan jenis.
Ketika kecemasan muncul, lakukanlah aktivitas pengalih kegiatan yang dapat membuat Sahabat merasa nyaman, tenang, atau senang. Olah raga, meditasi, memasak, bermain dengan hewan peliharaan, bermain dengan anak, melukis, menulis, berenang, menyanyi, dan lain-lain
Pernikahan tidak melulu soal seks, pernikahan adalah bagaimana Sahabat dengan pasangan berkomitmen bersama untuk saling setia, mencintai, berbagi, dan membina kehidupan baru bersama. Banyak pria di dunia ini yang tidak terpaku dengan keperawanan dan matang dalam bersikap.
Oleh karenanya dalam menjalin relasi sebelum ke jenjang perkawinan, fokuslah untuk mencari tahu kualitas pribadi calon pasangan. Cek dari percakapannya dan perilakunya untuk melihat apakah ia pria yang berpikiran sempit atau yang mencintai anda dengan tulus karena kepribadian anda.
Baca Juga: Pasangan Biasa Saja
Keputusan anda untuk jujur atau tidak dengan pasangan ada di tangan Sahabat, namun sangat penting untuk memulai hubungan dengan keterbukaan. Siapa tahu jika calon pasangan adalah orang yang matang dan dewasa, Sahabat dapat mengkomunikasikan ketakutan dan kegelisahan tentang aktivitas seksual dengan pasangan sehingga anda berdua akan lebih siap ketika memasuki perkawinan. Jika pun calon pasangan menilai negatif , artinya ia bukan pria yang cocok untuk Sahabat, tinggalkan dan cari yang dapat menerima Sahabat apa adanya.
Terdengar klise, namun percayalah banyak laki-laki baik di dunia ini. Laki-laki yang tidak menerima Sahabat apa adanya, apalagi kemudian menyudutkan Sahabat untuk membuktikan cinta melalui hubungan seks karena mendengar pengalaman Sahabat, adalah laki-laki yang sekedar akan memanfaatkan dan menyakiti Sahabat.
Tidak ada yang berhak merendahkan Sahabat hanya karena pengalaman masa lalu yang Sahabat sendiri tidak punya kuasa untuk mengontrolnya.
Keputusan untuk periksa ke dokter juga ada di tangan Sahabat, tapi yang paling penting adalah Sahabat lebih dari sekedar hymen.
Jika kecemasan tidak kunjung hilang, Sahabat dapat menghubungi lembaga konsutasi baik secara daring ataupun luring yang anda percaya.
Salam sayang dan sehat selalu,
Vitria Lazzarini
Psikolog