Vidio Original Series “Bestie” mengisahkan persahabatan empat perempuan dewasa; Hana, Kiara, Sheila, dan Vina. Mereka punya persoalan khas perempuan. Meski terlahir dari keluarga kaya, ayah Hana terus menagih kesediaannya untuk menikah. Sementara Hana tak lagi tertarik pada ikatan perkawinan lantaran trauma masa kecilnya yang tumbuh dari keluarga toxic. Ayahnya bahkan meremehkan kemampuan Hana menjalankan bisnis yang tengah ia rintis.
Kisah selanjutnya adalah Kiara. Sebagai seorang aktris, Kiara sempat mempercayai perilaku manipulatif suami dari produsernya. Kepada Kiara, laki-laki itu mengatakan sudah jenuh dan tak lagi mencintai istrinya. Sampai suatu saat perselingkuhannya terbongkar. Meski begitu, tiga perempuan bestie-nya tak meninggalkan Kiara. Mendukung Kiara untuk bangkit dan kembali menekuni aktingnya.
Di antara Hana, Kiara, dan Vina, Sheila terlihat sangat khas. Ia mengidap gangguan Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Sebagai konsultan seks bagi pasutri, Sheila juga punya persoalan yang related dengan kehidupan nyata. Ia selalu penuh tekanan saat ibu mertua bertandang dan menginap di rumahnya. Sebab, pertanyaan, “kapan kamu mau memberikan mama cucu,” selalu membuat Sheila cemas.
Konflik berikutnya dialami Vina. Ia adalah perempuan yang sudah menikah dengan satu orang anak. Dari Kiara, Vina dan dua teman yang lain tahu kalau Beni (suami Vina) dan selingkuhannya tengah berada di satu hotel yang sama dengan Kiara. Hana lalu mengarahkan Vina dan Sheila untuk bersiap dan mengajak mereka untuk memergoki perilaku busuk Beni. Meski Vina sempat ragu, dukungan teman-teman terdekatnya itu berhasil menguatkan Vina untuk ikut ke hotel tersebut. Alhasil, Vina menyaksikan perselingkuhan suaminya.
Baca Juga: Sulitnya Hidup Sebagai Perempuan
Vina gamang. Selain pertimbangan masa depan Laura anaknya, Vina juga khawatir dengan sumber finansialnya. Di sini Hana yang tumbuh di lingkungan keluarga toxic membagi pengalaman. Bahwa anak selalu menjadi korban dari hubungan toxic orang tuanya. Vina pun kembali kuat.
Tekat Vina bulat, setelah ia menanyakan kesediaan teman-teman terdekatnya untuk terus mendukung, termasuk dalam hal finansial.
Hari itu pun tiba. Beni datang ke rumah dan menuding Vina telah mempermalukannya di hadapan selingkuhannya. Percekcokan berujung pada pertanyaan Beni, “jadi kamu maunya apa?” Vina menjawab tegas kalau ia menghendaki bercerai. Beni mengiyakan disertai hinaan, “kamu bisa apa tanpa aku.”
Kedatangan Beni selanjutnya memaksa Vina untuk menandatangani surat perceraian dan melemparkan kesalahan kepada Vina. Bahwa alasan perceraian lantaran Vina berselingkuh. Tentu saja Vina menolak. Beni memaksa dengan beragam cara. Terakhir, Beni menggunakan Laura (anaknya) sebagai cara untuk memaksa Vina. Di sini Vina luluh, menandatangani surat perceraian dan menerima uang pemberian Beni sebesar Rp 75 juta. Sejak penandatanganan surat perceraian Beni mengusir Vina dan anaknya dari rumahnya.
Baca Juga: 10 Quote di Hari Gerakan Perempuan Indonesia
Beruntung Vina punya bestie yang terus mendukungnya untuk bangkit berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. Vina lalu memulai usaha katering dibantu Kiara sebagai marketingnya. Usaha ini gagal. Sebagaimana yang selalu dikatakan tiga bestie-nya kalau Vina adalah pekerja keras, ia menerima pekerjaan baru di sebuah restoran. Di sini permasalahan Vina tak berujung. Ia mengalami kanker payudara stadium 3. Lagi-lagi dukungan bestie dan atasannya (yang kelak jadi pasangannya) meneguhkan semangat Vina untuk menjalani pengobatan.
***
Series “Bestie” bergenre drama romantis ini disutradarai Pritagita Arianegara. Ia piawai memotret konflik dan situasi khas perempuan. Bahwa situasi dan permasalahan perempuan tak mengenal perbedaan desa atau kota, miskin atau kaya. Kenyataannya memang sampai hari ini perempuan masih dianggap sebagai obyek semata, entah dia masih melajang apalagi yang sudah menikah. Dari persoalan yang dihadapi Hana, Kiara, Sheila, dan Vina, menjadi cara bagi sutradara untuk mengikis pandangan umum kalau perempuan sebagai sosok lemah. Melalui empat sosok inilah sutradara menyampaikan citra baru perempuan sebagai manusia tahan uji, berani, dan bebas menentukan nasibnya sendiri.
Selain itu, sebagai sutradara, Pritagita berhasil menyampaikan pesan woman supporting woman. Bahwa pertemanan perempuan tak pernah meninggalkan sesamanya saat tengah jadi korban dan tidak berdaya. Pertemanan yang menyatukan perbedaan karakter tapi tetap saling menjaga. Sebagai pesan untuk membangun kesadaran, bahwa sebagai kelompok rentan, perempuan perlu saling mendukung perempuan sebaya. [Nur Azizah]