Ayahku Tega Memukuli Ibuku
Pertanyaan: Kak, bapak saya sering memukuli ibuku dengan alasan cemburu yang tidak wajar, cemburu buta. Padahal kenyataannya ibu saya tidak pernah melakukan perbuatan yang menjadi sumber kecemburuan itu. Bapak saya sering main togel, jika kalah, ia pulang memukuli dan memarahi ibuku. Saya bingung, apa tindakan yang harus aku lakukan?
NK
Tanggapan:
Mbak NK, terima kasih mbak NK untuk kesediaannya berbagi kepada kami tim Jalastoria.
Membaca surel mbak, kami bisa sangat memahami kebingungan mbak. Sebagai anak, tentunya kita berharap orangtua saling menyayangi dan selalu sehat sehingga bisa terus mendampingi kita yang memang masih membutuhkan bimbingannya. Apabila kedua orang tua terus bertengkar yang diiringi dengan kekerasan, akan sangat berdampak pada anak, berapapun usia anak tersebut.
Apa yang ibu mbak NK alami, disebut sebagai Kekerasan dalam Rumah Tangga, kemungkinan besar fisik dan psikis. Mereka yang mengalami KDRT umumnya akan terdampak secara psikologis yang dapat memengaruhi pola pikir, emosi, dan perilakunya.
Berbeda dengan kekerasan atau tindak kriminal yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal, KDRT terjadi sangat intens dan dengan kekerasan yang umumnya semakin meningkat keparahannya. KDRT juga memilki siklus yang berulang dan perputarannya cepat, di mana terdapat fase bulan madu, konflik, kekerasan, minta maaf, lalu kembali ke fase bulan madu, kembali terjadi konflik, dst. Adanya siklus ini membuat mereka yang menjadi korban akan selalu berada dalam posisi yang kebingungan karena ada masa ‘penyesalan’ dan ‘baik-baik saja’ namun ada juga masa yang sangat berkekerasan.
Dampak psikologis dan adanya siklus KDRT, membuat korban akan sulit untuk mengambil langkah yang terbaik, baik bagi dirinya maupun bagi anggota keluarga lain (anak). Terlebih adanya tuntutan sosial yang mengharapkan perempuan untuk menjaga keutuhan rumah tangga demi nama baik dan menilai situasi akan semakin sulit bagi anak-anak mereka jika ia berpisah dari suaminya.
Sesungguhnya dampak yang dialami oleh perempuan korban KDRT, juga dialami oleh anak. Tidak mudah bagi anak untuk menyaksikan kekerasan yang dialami oleh orangtuanya. Holmes and Rache, pakar psikologi yang mendalami stres, menyatakan bahwa peristiwa buruk yang terjadi pada orang tua (sakit, luka, kematian, dan perpisahan), merupakan situasi penyebab stres yang utama pada anak. Melihat terus-menerus situasi berkekerasan juga berdampak pada penghayatan negatif yang dimiliki anak serta dapat memengaruhi konsep diri, perilaku, dan relasi anak tersebut kelak ketika memasuki fase remaja maupun dewasa. Oleh karenanya, saya sangat dapat memahami kecemasan mbak NK menghadapi situasi yang dialami oleh Ibunda.
Lalu apa yang dapat dilakukan?
- Ibunda sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Tunjukkan kepedulian dengan menanyakan apa yang dapat dibantu untuk tugas keseharian, sehingga dapat sedikit mengurangi tekanan yang dialami dan ibu bisa fokus pada dirinya.
- Hargai keputusannya. Meski menurut kita janggal, namun apapun yang ia putuskan merupakan keputusan yang menurutnya terbaik bagi semua pihak dengan melalui banyak pertimbangan. Tentu kita juga perlu mengingat betapa dampak kekerasannya dapat membuat ibu tidak mudah mengambil keputusan.
- Beri informasi mengenai lembaga layanan, agar Ibu mendapat informasi yang tepat dan memiliki teman bicara untuk berbagi keluh kesah yang tidak mungkin diceritakan kepada keluarga besar maupun kepada anak-anaknya.
Lembaga layanan juga dapat menjadi teman bicara untuk menguatkannya dalam pengambilan keputusan. Sering muncul anggapan bahwa lembaga layanan fokus pada penghukuman dan perceraian, hingga akhirnya banyak korban yang tidak mau mengakses lembaga layanan. Tentunya anggapan ini sangat keliru karena lembaga layanan akan berfokus pada apa yang menjadi harapan korban seraya melakukan penguatan dan pemberian informasi yang memadai.
Berikut adalah sumber informasi lembaga yang dapat mbak NK cari tahu lebih mendalam:
- Layanan hotline 129. Ini adalah layanan hotline yang dikelola Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI yang dikhususkan untuk menerima pengaduan kekerasan, di mana nantinya mbak dapat dirujuk ke lembaga layanan terdekat.
- Portal carilayanan.com atau mengunduh aplikasi lapor kasus di playstore, atau informasi daftar kontak penyedia layanan Jalastoria. Melalui portal dan aplikasi ini, mbak dapat mencari lembaga layanan terdekat di lokasi mbak berada.
- Jika mbak berdomisili di DKI Jakarta, mbak dapat menghubungi UPT P2TP2A DKI Jakarta, yaitu unit pelaksana teknis Pemprov DKI Jakarta yang memang dikhususkan untuk memberikan layanan bagi perempuan dan anak yang mengalami kekerasan berbasis gender. Di sini mbak dapat melakukan konsultasi hukum dan konseling psikologi, layanan informasi, layanan rujukan, serta pendampingan. Seluruh layanannya gratis dan mbak dapat menghubungi 081317617622 atau jika dalam keadaan darurat dapat menghubungi nomor telepon bebas pulsa 112.
- Selain itu, jangan lupa perhatikan diri mbak NK sendiri. Terus-menerus melihat situasi berkekerasan dapat berdampak pada diri sendiri. Lakukan aktivitas yang dapat menguatkan dukungan diri, baik yang dapat dilakukan secara mandiri, atau dilakukan bersama kawan akrab, maupun profesional.
Demikian mbak, informasi yang saya sampaikan. Semoga dapat membantu dan bermanfaat untuk mbak.
Salam hangat dari saya,
Vitria Lazzarini Latief, M.Psi., Psikolog
Psikolog Klinis