Skandal Jurnalis Perancis dan Pelecehan terhadap Perempuan di Grup Facebook

Korban pelecehan sampai harus berhenti bekerja karena malu
Semuanya bermula pada 2009. Saat itu sekelompok orang, yang sebagian besarnya laki-laki, memutuskan untuk membuat grup percakapan tertutup di media sosial Facebook bernama Ligue du LOL.
Dari namanya, sepintas grup percakapan ini ditujukan untuk lucu-lucuan. Akronim LOL tentu saja merujuk pada Laugh Out Loud atau tertawa terbahak-bahak. Namun, belakangan candaan yang diobrolkan oleh 30 orang anggotanya itu mulai merisak kaum perempuan.
Anggotanya, yang beberapa orang dikenal sebagai jurnalis senior media di Perancis, tampak menargetkan perempuan sebagai bahan candaan. Di antara korbannya diketahui berasal dari etnis minoritas, berstatus jurnalis juga, dan aktivis gerakan perempuan.
Dan yang bikin konyol, lelucon itu tidak hanya jadi konsumsi antar anggota grup percakapan Ligue du LOL. Candaan yang melecehkan itu mulai disebar ke publik lewat beberapa akun anonim di media sosial Twitter.
Bentuk candaannya berupa gambar meme berunsur pornografi dan rekaman percakapan telepon antara korban dan pelaku. Tujuannya jelas untuk mempermalukan mereka yang menjadi korbannya.
Di salah satu cuitannya, presenter Florence Porcel mengisahkan kembali cerita tentang seorang laki-laki yang tetiba menghubunginya lewat telepon seluler. Pria itu mengaku sebagai redaktur media massa terkenal.
Ia menyebut, tengah mencari seseorang untuk mengisi sebuah posisi di kantornya. Porcel langsung ditawari wawancara via telepon. Rupanya percakapan itu direkam dan hasil tangkapan audionya disebar ke publik lewat akun media sosial.
Sontak, segala percakapan yang penuh kepura-puraan itu mengejutkan Porcel. “Ketika rekaman suara itu beredar, saya menangis, karena malu, selama tiga hari,” katanya seperti dikutip BBC News, Selasa (12/2/2019).
Dan rupanya Porcel cuma satu dari puluhan perempuan korban perisakan dan pelecehan di dunia maya oleh Kelompok Ligue du LOL itu.
Beberapa korban lain baru berani bersuara setelah sebuah Harian terkenal di Perancis, Liberation, mengungkap skandal tersebut. Di antaranya, jurnalis Nora Bouazzouni, reporter Slate Perancis, Lucile Bellan, dan podcaster, Mélanie Wanga.
Sekitar enam jurnalis diduga terlibat praktik perisakan terhadap perempuan secara daring (online) itu. Dua awak Liberation, diketahui sebagai anggota grup Facebook Ligue du LOL.
Keduanya adalah redaktur online Alexandre Hervaud dan jurnalis paruh waktu kenamaan Liberation, Vincent Glad. Setelah menjalani pemeriksaan internal, keduanya dianggap bersalah dan dijatuhi skorsing (pemberhentian sementara) bahkan terancam pemecatan.
Glad, sebagai pendiri Ligue du LOL, mengaku, grup percakapan ini dibuat untuk bersenang-senang atau menghibur diri. Ia tidak pernah menyangka isi grup ini bakal menjadi monster yang merendahkan derajat kaum perempuan.
Bertindak selaku pemimpin investigasi internal, Direktur Harian Liberation, Laurent Joffrin, menyatakan semua yang terlibat di kantornya akan diungkap. “Tidak ada yang harus disembunyikan,” ungkapnya seperti dikutip oleh France24.
Hervaud dan Glad mengaku bersalah dan meminta maaf atas kelakuannya melecehkan perempuan.
Tetapi Hervaud menduga, di balik pengungkapan kasus ini, ada yang tengah “menari” dan “menyanyi”. Musababnya, grup percakapan telah mati suri dalam beberapa tahun terakhir sedangkan pengungkapannya baru dilakukan saat ini.
Selain kedua jurnalis itu, ada nama David Doucet, seorang pemimpin redaksi Les Inrockuptibles, majalah terkenal di Perancis yang mengulas soal musik dan kebudayaan.
Redaktur Majalah Slate versi daring, Christophe Carron, juga diduga terlibat dan mengaku menjadi bagian dari grup Ligue du LOL. Meski begitu, ia menolak turut serta melecehkan perempuan.
Menteri Urusan Digital Perancis, Mounir Mahjoubi, menyebut kelompok Ligue du LOL sebagai pecundang. “Mereka menggunakan kekuasaannya untuk mengelabui orang. Padahal ada dampak serius yang dialami korban dalam jangka panjang,” ujarnya. (asw)
sumber berita: BBC News, France24
sumber gambar: HR Magazine
