Menjala Survive: Hidup dan Menggelandang

 Menjala Survive: Hidup dan Menggelandang

Ilustrasi

Saat keluargaku mengusirku, aku menelpon temanku sambil membereskan semua bajuku. Temanku kemudian datang membawa mobil dan membantu mengangkat sekitar 5 tas berisi bajuku. Aku tidak bawa uang sama sekali dan dokumen apapun. Temanku lalu mengantarku ke rumah pendeta. Aku tinggal sekitar 2 bulan disana.

Namun, rasanya tidak enak menyusahkan orang lain lama-lama. Akhirnya aku berpindah-pindah numpang di rumah teman. Aku saat itu tidak dapat kerja karena aku tidak memegang dokumen apapun. Saat itu aku benar-benar merasakan bagaimana rasanya jadi gelandangan.

Aku sudah lelah sekali di titik itu. Makan saat itu hanya dapat seadanya saja yang disajikan di rumah teman. Aku juga berpiikir terus setiap hari bagaimana caranya supaya aku dapat survive hari ini, tanpa merepotkan orang lain.

Aku akhirnya jual diri. Aku masuk ke dunia prostitusi. Ini bukan pilihanku, melainkan keadaan. Aku juga tidak bangga terhadap chapter ini dalam hidupku.

Setelah semua itu aku akhirnya punya pacar dan memutuskan untuk tinggal bersama-sama. Lega sekali rasanya dapat tidur dengan tenang tanpa takut memikirkan mau makan apa besok atau mau pindah kemana lagi. Walaupun demikian, trauma dari kekerasan dan banyak hal yang kualami sekian tahun tidaklah hilang, kadang-kadang tiba-tiba aku menangis sendiri.

Keluarga ayahku sebenarnya sudah mau menerimaku kalau aku kembali lagi tinggal di sana. Tapi bagaimana ya? Aku pernah menjenguk adikku di sana, dan ketika aku mendengar pamanku berjalan ke arahku, aku sampai lari ke kamar karena aku sangat trauma sekali berhadapan dengan orang itu.

Beberapa tahun ini aku coba belajar SBMPTN untuk masuk kuliah dan berbahagia sekali aku diterima di suatu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Aku dapat berkuliah sambil bekerja di beberapa tempat karena aku suka kerja di bidang sosial dan sekalian juga untuk nambah menambah uang makan.

Aku tidak akan mungkin dapat berada di titik ini tanpa semua teman yang bersedia kurepotkan. Mereka selama ini selalu memberiku kesempatan untuk berkembang. Jujur, aku bangga karena diriku dapat melewati semua itu dan dapat thriving sekarang.

Sekarang, aku berusaha semampuku bekerja untuk menyelamatkan orang-orang yang pernah menjadi sepertiku. Aku mau pay it forward ke orang lain. Rasanya seperti surga saat orang lain menjulurkan tangan untuk membantu kita saat kita sedang di titik paling rendah dalam hidup kita.

Aku harap gak akan ada lagi orang yang mengalami sepertiku. Dan jika ada, aku harap kita ada di situ untuk menyelamatkannya. Aku masih ada di sini adalah bukti bahwa masih banyak orang baik yang peduli.

Noval Auliady
Pekerja Sosial

======

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan panjang penulis yang dituturkan melalui akun twitternya @novalauliady. Kisah ini dituliskan kembali untuk JalaStoria.id.

Digiqole ad