Eksploitasi di Sekeliling Pekerja Migran Tidak Berdokumen

 Eksploitasi di Sekeliling Pekerja Migran Tidak Berdokumen

(Ilustrasi/Foto: Pexels/Azri Suratmin)

Rabu pagi, (8/1) di acara Kementerian Luar Negeri, saya berkesempatan mengobrol dengan bu Rina. Beliau adalah Duta Besar RI untuk Bangladesh. Beliau bercerita bahwa kebanyakan kasus kekerasan yang dialami WNI perempuan di Bangladesh berupa penganiayaan atau eksploitasi oleh keluarga suami yang merupakan warga Bangladesh.

Saya juga bercerita ke bu Dubes, apa yang saya alami sewaktu menjadi Pekerja Migran Indonesia  undocumented di Malaysia dulu.  Saya menceritakan bagaimana perempuan Pekerja Migran Indonesia yang tidak berdokumen (kaburan, istilah kami) yang berpasangan dengan warga Bangladesh dan sekitarnya (Pakistan, India, dll) justru dieksploitasi oleh laki-laki pasangannya.

Pihak perempuan disuruh kerja, sementara  laki-laki pasangannya itu duduk diam di rumah. Pihak perempuan juga disuruh memenuhi semua kebutuhan, baik lahir maupun batin. Sungguh tidak manusiawi.  Bahkan ada yang dieksploitasi seksual  dengan dipaksa meladeni seksual anggota gerombolannya. Duh…sedih jika teringat teman-teman yang mengalami itu…

Dengan dalih supaya ada yang melindungi, banyak perempuan Pekerja Migran Indonesia yang tak berdokumen memilih (dan ada yang terpaksa juga sih) berpasangan dengan laki-laki Bangladesh, Pakistan, atau India. Dan mirisnya, para laki-laki itu juga tidak berdokumen.

Laki-laki gerombolan itu sangat jago merayu dan melontarkan  kata-kata manis. Tapi kalau sudah kena perangkap mereka, rasanya seperti masuk neraka.  Saya yang waktu itu tidak berdokumen juga sering dirayu mereka dengan kata-kata manis.  Tapi karena saya pernah mengalami terluka yang cukup dalam oleh suami waktu di Indonesia, saya tak mempan dengan rayuan.

Sialnya, teman saya sendiri, yang tinggal serumah dan sama-sama berasal dari Jawa Tengah, berusaha menjual saya ke lelaki gerombolan itu. Saya pun kemudian memutuskan pulang ke Indonesia. Saya tidak mau berlama-lama menjadi Pekerja Migran Indonesia tak berdokumen.  Kerentanannya berlipat-lipat.

Lah…kok saya jadi curhat ke bu Dubes? Berhubung waktunya kembali ke kantor, obrolan pun ditutup.

 

Siti Badriyah
Advokat

===

Kisah ini disampaikan oleh penulis melalui laman Facebooknya dan dituliskan kembali untuk JalaStoria.id

Digiqole ad