Kemanusiaan sebagai Ruh Pendidikan
JAKARTA, JALASTORIA.ID – Kemanusiaan adalah prinsip penyelenggaraan pendidikan. Dalam sisi praksis pendidikan, prinsip ini dapat menjadi pijakan untuk lebih percaya diri bahwa institusi pendidikan telah melakukan suatu pengelolaan yang demokratis, berkeadilan, dan tidak diskriminatif.
“Dalam Pasal 4 Ayat 1 UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan, kata kunci yang di sana sangat penting untuk menitikberatkan pendidikan pada kemanusiaan,” terang Henny Supolo dari Yayasan Cahaya Guru.
Sayangnya, prinsip tersebut kenyataannya tidak dipakai sebagai suatu ruh dari aturan dan penyelenggaraan pendidikan selama ini. “Bahkan tidak ditemukan secara spesifik soal ini dalam akreditasi sekolah, uji kompetensi guru, serta substansi dari pendidikan dan pelatihan guru,” ujarnya.
Selain itu, dalam aspek filosofis, kata kunci yang terkandung dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan harus selaras dengan filosofi pendidikan Indonesia dari Ki Hajar Dewantara. Seperti apa bentuknya? Henny menerangkan pentingnya merdeka batin, pikiran, dan tenaga. Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara. “Guru-guru ini perlu memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mencari pengetahuannya sendiri,” jelasnya.
Ia juga mengatakan kalimat lain yang ada dalam asas Taman Siswa yang dibuat Ki Hajar Dewantara. Yaitu memakai pengetahuan guna kepentingan umum. Siswa, baginya, perlu mengetahui mana yang substantif demi berperan untuk kebaikan bersama.
Henny juga mengomentari soal regulasi yang menurutnya kontradiktif dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan. Misalnya, kasus pencalonan Ketua OSIS di mana guru melarang calon ketua dari agama bukan Islam untuk ikut di dalamnya. “Kita tidak bisa memungkiri, bahwa guru mendorong untuk memilih ketua OSIS dari kalangan yang seagama. Ini pelanggaran prinsip pendidikan. Karena guru yang melakukan hal ini sudah melanggar dan juga kepada sekolah sebagai penyelenggara pendidikan,” katanya.
Henny menerangkan kasus tersebut berdasarkan tiga peran penting dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Yaitu alam keluarga, alam keguruan, dan alam pergerakan. Ketiganya menjadi penting, karena jika tidak diterapkan secara bersamaan menurutnya akan muncul intoleransi dalam institusi pendidikan. “Itu semua untuk mengimbangi hal-hal yang merugikan keragaman dan kebangsaan, yang dasarnya adalah kemanusiaan,” tegasnya.
Selain kasus pelarangan calon ketua OSIS non-muslam, Henny juga menyoroti kebijakan pewajiban atribut Islam dalam institusi pendidikan. Salah satunya pemaksaan penggunaan jilbab di Sumatera Barat beberapa waktu lalu.
Merespons hal tersebut, terbit Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri (SKB 3 Menteri) yang salah satu poinnya adalah memberikan kebebasan beratribut kepada siswa di sekolah maupun kampus. Henny mengatakan bahwa SKB 3 Menteri ini memperkuat prinsip pendidikan. Selain itu, memberi pilihan bagi peserta didik dan tenaga kependidikan dalam keberagaman di institusi pendidikan.
Melalui Yayasan Cahaya Guru, Henny membangun upaya pemaknaan atas isu keberagaman di institusi pendidikan. Menurutnya, pemaknaan ini menjadi penting agar tidak ada lagi kasus intoleransi. “Mulai 2006 sampai 2010 kami bertemu dengan guru-guru yang tidak berani menyatakan dengan terbuka. Maka kami berniat menemani guru-guru dalam isu ini,” jawabnya.
Adapun mengenai Peta Jalan Pendidikan Indonesia, Henny melihat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terlalu menekankan aspek kemajuan teknologi dalam diksi di peta jalan tersebut, sehingga melupakan aspek kemanusiaan dalam pembelajaran. “Ini membuat kawan-kawan di daerah yang belum melek teknologi semakin tertinggal,” tegasnya. Menurutnya, perlu adanya term potensi diri dan potensi lingkungan dalam peta jalan tersebut. Hal itu diperlukan agar tenaga pendidikan dapat mengembangkan pembelajaran yang tidak melulu berbasis teknologi mutakhir dalam penerapannya. [ANHS]
Liputan Serial Talkshow Ramadhan Salam Seri VI: Visi Islam rahmatan lil alamin dalam Membangun relasi bertetangga dengan baik: Mewujudkan kesadaran kolektif untuk membangun Indonesia, yang ditayangkan melalui kanal Youtube JalaStoria Indonesia dan berbagai kanal lainnya (RMB Sejati, AMAN Indonesia, Mubadalah, Official IAIN Syekh Nurjati Cirebon), pada 6 Mei 2021. Ikuti Talkshow Seri VI ini di sini.