Dari Masyarakat Sipil untuk Jalastoria, untuk Indonesia
Tak ada yang lebih bahagia bagi media “bayi” berusia lima bulan selain atensi penuh dari publik. Apalagi beberapa institusi negara juga turut menaruh perhatian serius. Bagi Jalastoria.id — si “bayi” itu — asupan ide dan pemikiran dari mereka merupakan nutrisi penuh gizi yang menopang tumbuh-kembangnya.
Sebagai media publikasi daring yang berfokus pada isu perempuan dan anak, masukan berupa pengayaan topik bahasan yang tidak sebatas soal kekerasan seksual sangatlah penting.
Hal itu menjadi perbincangan menarik dan dikemukakan secara gamblang oleh para penggiat isu perempuan dan anak yang hadir pada pertemuan bersama antara Jalastoria.id dengan masyarakat sipil dan institusi negara terkait di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jumat (25/1/2018).
Bagi para pejuang itu, persoalan yang dialami perempuan dan anak di Indonesia tidak hanya mengenai kekerasan seksual. Perhatian penuh juga harus ditujukan untuk pelbagai isu lain.
Di antaranya, isu kesehatan reproduksi, penguatan institusi keluarga, aborsi aman, kerentanan perempuan penyandang disabilitas, perempuan pekerja migran, perempuan buruh, perempuan pejuang agraria, perempuan pekerja rumah tangga, hingga upaya pelibatan laki-laki untuk mendukung penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
Semua hal di atas tentu menjadi catatan berharga bagi Redaksi Jalastoria.id dalam kerangka pengembangan konten. Dan tentu saja, upaya ini tidak bisa hanya dikerjakan secara sepihak (oleh redaksi), tetapi juga diperlukan “suntikan” materi dari publik.
Seperti disampaikan Pendiri Jalastoria.id, Ninik Rahayu, yang menanggapi kegelisahan Ega Melindo dari Solidaritas Perempuan, yang menyoroti kesan yang tertangkap olehnya bahwa Jalastoria.id hanya mengulas isu kekerasan seksual.
Menurut Ninik Rahayu, keterbatasan topik pembahasan dalam JalaStoria.id terjadi karena belum terbangunnya komunikasi dan pelibatan yang intens dengan penggiat isu perempuan dan anak.
“Diharapkan setelah pertemuan ini, kontribusi pikiran dan gagasan akan banyak bermunculan sekaligus dapat memperkaya konten Jalastoria.id,” katanya.
Atas tanggapan tersebut, banyak peserta yang terpantik untuk menyatakan pendapatnya, termasuk kesediaan mereka untuk berkontribusi memperkaya konten.
Endang Rokhani dari Koalisi Perempuan untuk Keadilan Buruh (KPKB), misalnya, menyoroti isu serikat perempuan pekerja dan menjanjikan kontribusi konten untuk Jalastoria.id.
Mutiara dari Perempuan Mahardhika mengusulkan isu pelecehan seksual yang dialami perempuan buruh di sejumlah sektor industri.
Risna Carolina dari Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mengetengahkan pembahasan mengenai isu kesehatan reproduksi. Dan Suparmi dari JALA PRT meminta Jalastoria.id untuk turut mengkampanyekan kerja layak bagi pekerja rumah tangga.
Tentu saja masih banyak usulan dan masukan dari peserta lain yang pada intinya mendukung pengembangan Jalastoria.id dalam mengusung isu perempuan dan anak.
Atas semua buah pikir dan komitmen untuk pengembangan konten itu, Redaksi mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Dan dalam prosesnya, pelbagai masukan itu akan ditanggapi secara serius dengan pengembangan web agar lebih nyaman “dikonsumsi”.
Selain itu, JalaStoria.id juga akan menyediakan ruang penyampaian pengaduan sebagai sarana pelepasan tekanan psikis yang dialami perempuan dan anak korban kekerasan.
Ke depan, JalaStoria.id juga akan memainkan peran sebagai jembatan yang mempertemukan korban atau penyintas dengan narasumber yang berkompeten di bidangnya.
Tentu saja semua masukan itu tidak akan tersampaikan dengan baik tanpa dukungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang telah menyediakan ruang pertemuan dan segala keperluan lainnya.
Kehadiran Menteri Yohana Yembise yang menyampaikan pengantar sekaligus membuka kegiatan pertemuan merupakan sebuah kemewahan bagi Jalastoria.id. Apalagi dengan apresiasi disertai catatan penting untuk perbaikan darinya, Redaksi serasa mendapatkan kehormatan.
“Kemunculan media ini (baca: Jalastoria.id) sangat penting dan merupakan program yang cukup strategis bagi perempuan dan anak,” tuturnya.
Tidak hanya itu, kehadiran Menteri Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) era Kabinet Indonesia Bersatu II, Linda Amalia Sari Gumelar, melengkapi kebahagiaan itu. Penekanannya pada perbaikan interface web agar bisa menarik minat generasi milenial tentu akan segera ditindaklanjuti.
“Jalastoria.id harus menyasar generasi milenial agar mereka paham pentingnya kesetaraan gender,” tegasnya.
Beberapa perhatian lain yang sangat berharga bagi Redaksi adalah ketersediaan naskah dalam bentuk PDF yang dapat mengeluarkan audio. Ini penting dimunculkan agar penyandang disabilitas netra dapat mengakses konten web.
Selain itu, sebagai media yang menjembatani penyampaian pengaduan dari masyarakat, Jalastoria.id perlu membangun model navigasi sederhana yang memuat lembaga pengada layanan yang terkategori secara jelas bergantung pada kekhususannya dalam menangani isu.
Sekali lagi, JalaStoria.id mengucapkan terima kasih atas berbagai masukan yang disampaikan dan menantikan komitmen para penggiat isu perempuan dan anak untuk bersama-sama mengembangkan JalaStoria.id melalui kontribusi naskah, baik berupa tulisan, e-poster, grafik, pengaduan, atau lainnya.
Atas berbagai masukan tersebut, nantikan perubahan dari JalaStoria.id berikutnya! (Redaksi)
Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada institusi negara dan masyarakat sipil yang bersedia meluangkan waktu untuk hadir dalam pertemuan:
(daftar institusi/organisasi disusun secara acak)
- Kemenko PMK
- KPPPA
- Komnas Perempuan
- KPAI
- LBHM
- SBMI
- Kali Baru
- Perempuan Mahardhika
- Migrant Care
- Rumah Faye
- HWDI
- PKBI
- LBH Apik Jakarta
- Bandung Wangi
- GPSP
- Jala PRT
- Bale Perempuan
- KPPRI
- Solidaritas Perempuan
- LBH Jakarta
- SAPA Indonesia
- KPKB