The Negotiation/Hyeobsang
Film thriller Korea yang masuk bioskop Indonesia punya jalan cerita yang apik. Kelokannya (twist) tidak mudah ditebak. Bikin tegangnya terpelihara sampai akhir.
Coba tonton Golden Slumber (2018) dan Fabricated City (2018). Yang satu film soal penguasa yang jadi produsen hoaks dan satunya lagi tentang maniak perancang tindak kriminal pembunuhan.
Dan produk sinematik thriller Korea Selatan memang punya ciri khasnya sendiri ketimbang film Hollywood. Nuansa melodramanya tebal dan malah jadi penguat cerita.
Hanya saja dua film di atas jagoannya laki-laki. Satu pemandangan yang jadi biasa saja meskipun punya jalan cerita yang kuat. Sampai akhirnya The Negotiation beredar di bioskop Indonesia.
Protagonisnya perempuan. Ahli negosiasi lagi. Profesinya juru runding untuk Kepolisian Metro Seoul. Ketemunya, ya, sama penjahat, mulai dari pembunuh sampai perampok.
Tapi jangan samakan dengan film Hollywood. Meski jadi jagoan, peran dan karakter perempuan ini jauh dari sosok Lara Croft (Tomb Raider), Dominika Egorova (Red Sparrow), dan Molly Bloom (Molly’s Game).
Namanya Ha Chae-Yoon (Son Ye-Jin). Aksi unjuk kebolehan negosiasinya langsung muncul di menit pertama film.
Menurut komandan satuannya, dia jagonya negosiasi terutama untuk kasus penyanderaan.
Meski di awal cerita aksinya terlihat tenang dan mampu mengendalikan situasi, Chae-Yoon ternyata gagal menyelamatkan warga sipil yang kena sandera penjahat.
Sebabnya karena koordinasi yang lemah dengan pemimpin operasi di lapangan yang tentu saja laki-laki.
Ia nangis sesenggukan sambil memeluk korban perempuan yang lehernya kena gorok pisau dan darahnya meleleh tiada henti.
Kita tidak tahu sudah berapa kali jagoan kita gagal dalam operasi penyelamatan sandera, tapi yang pasti, ia sudah bosan menjadi juru runding kasus kejahatan.
Ia tidak mau lagi melihat orang mati dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari kepolisian. Namun keputusannya itu terhalang kebijakan atasannya.
Jadilah kini ia berhadapan dengan satu kasus besar yang mengharuskannya bekerja sama dengan sekelompok petinggi kepolisian dan dinas intelijen yang semuanya lelaki.
Belum lagi ia kudu menghadapi penyandera warga Korea Selatan di Bangkok.
Lelaki tentu saja. Punya tampang ganteng, pembawaannya tenang, tatap matanya tajam, cerdas, sekaligus punya watak keji.
Kini jagoan kita berada di lingkar kendali lelaki.
Belum juga selesai dengan kondisi traumatisnya akibat gagal menyelamatkan sandera, ia diperintahkan untuk langsung bernegosiasi dengan Min Tae-Gu (Hyun-Bin), si penyandera tampan itu.
Ia langsung berhadapan dengan penyelundup senjata api ilegal itu tanpa informasi mengenai pokok masalah sedikitpun.
Mungkin para bos besar itu menganggap Chaen-Yoo tidak perlu tahu banyak persoalan. Apalagi ia cuma juru runding yang kalaupun gagal tinggal dijalankan operasi penyergapan.
Upayanya menunjukkan keterampilan bernegosiasi sama sekali tidak diperhatikan.
Dan rupanya, Chae-Yoon dilibatkan bukan karena rekam jejak prestasinya. Tapi karena si penjahat itu yang meminta Chae-Yoon jadi juru runding untuknya.
Kok bisa? Kita mulai menduga-duga. Ah pasti karena atasannya di kepolisian jadi sandera dan dia yang meminta Chae-Yoon untuk memimpin perundingan.
Kita tahu jawabannya keliru setelah si atasan itu kena dor penyandera dan mati.
Si penyandera, Min Tae-Gu, terlihat malah semakin menikmati bernegosiasi dengan Chae-Yoon yang kelihatan geram karena kematian atasannya.
Chae-Yoon seperti dipermainkan oleh penyandera lelaki ini. Perasaan dipermainkan itu makin kuat setelah segerombolan lelaki, petinggi kepolisian, di sekitarnya seolah menyembunyikan sesuatu darinya.
Jadilah ia merasa berada dalam kungkungan dominasi lelaki. Chae-Yoon menyerah? Sama sekali tidak.
Rupanya, secara perlahan, Min Tae-Gu membuka pokok persoalan yang selama ini ditutup-tutupi. Dan isu yang lebih besar dari penyanderaan itu pun terkuak.
Aksi penyanderaan malah terkesan jadi tindakan nekat pelakunya. Lebih ke aksi bunuh diri.
Hal ini terlihat setelah penyandera itu memutuskan untuk menyebarkan aksinya itu ke publik lewat siaran langsung Youtube.
Dan benar saja, ini seperti aksi balas dendam. Balas dendam karena apa? Dan nuansa melodramatik semakin kuat terasa setelah penayangan live lewat Youtube itu.
Jagoan kita, Chae-Yoon masih terlihat linglung. Bahkan upaya heroiknya mengungkap isu yang lebih besar itu ke ranah hukum jadi bahan lelucon si penyandera.
Untung protagonis kita punya tim yang andal. Semua petunjuk yang terdedah ditelusuri jejaknya. Hasilnya ternyata ada kaitannya dengan aksi gagal negosiasi beberapa waktu lalu.
The Negotiation memang menampilkan pemeran utama perempuan yang katanya ahli negosiasi. Tetapi kita tidak banyak melihat keterampilan itu.
Yang tampak malah inferioritas perempuan juru runding itu. Kalau saja si penyandera tidak punya ikatan emosional dengan Chae-Yoon, selesai lah sudah film ini.
Meski begitu, Chae-Yoon bukannya tanpa kelebihan.
Pembawaannya tenang, gigih, dan terakhir, setelah nuansa melodramatik menyerang perasaannya, berani melawan dan bersikap tegas terhadap dominasi lelaki.
Film ini punya ritme (pace) yang lambat. Sebab aksi pencarian jawaban (thriller/misteri) harus berbagi ruang dengan unsur drama khas film Korea Selatan.
Untungnya drama di sini bukan soal roman picisan melainkan ikatan kuat kekeluargaan. Dan kita diajak untuk menikmati perasaan yang sama setelah misteri terungkap.
Chae-Yoon, Chae-Yoon, akhirnya lepas juga dari kendali laki-laki. (asw)
—–
The Negotiation/Hyeobsang (2018)
Sutradara: Lee Jong-Suk; Penulis Skenario: Choi Sung-Hyun; Produser: Min Kyung-Wook, Lee Sang-Jik; Genre: Thriller / Misteri; Durasi: 114 Menit; Perusahaan Produksi: CJ Entertainment, JK Film; Bujet Film: KRW 10 miliar; Tanggal Edar: 24 Oktober 2018; Batas Usia Penonton: 17+ Pemeran: Ha Chae-Yoon (Son Ye-Jin), Min Tae-Gu (Hyun-Bin), Ahn Hyuk-Soo (Kim Sang-Ho),
sumber data: AsianWiki
sumber gambar: Variety