Tak Lagi Sunyi, Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus

 Tak Lagi Sunyi, Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus

ngobrol bareng jalastoria

Kekerasan seksual dapat terjadi di manapun dan dapat menimpa siapapun korbannya. Di lingkungan kampus Kalimantan, selain pelaku berasal dari warga kampus, juga ditemukan fakta kekerasan seksual dilakukan oleh warga yang melintas di sekitar kampus.

Situasi Kalimantan yang umumnya tidak terlalu ramai pelintas ditambah jarak pemukiman yang berjauhan, membuat pelaku memanfaatkan situasi untuk melakukan pelecehan seksual. Terdapat laporan kasus begal payudara yang dialami mahasiswa di suatu tikungan di jalan menuju kampus. Hal yang terjadi berulang kali itu tak pelak membuat korban trauma untuk menuju ke kampus.

Informasi itu terkuak dalam acara Ngobrol Bareng JalaStoria.id pada Senin, (8/6). Kegiatan yang bekerja sama dengan Pasah Kahanjak dan didukung oleh SINDOnews dan Perludem ini, mengetengahkan cerita pendampingan korban kekerasan seksual di lingkungan kampus Kalimantan bersama pendamping yang bekerja di Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Ditta Wisnu, pendiri Pasah Kahanjak, sebuah organisasi yang bergerak dalam pembangunan pengetahuan untuk kebaikan yang berbasis di Kalimantan Tengah, juga menginformasikan terjadinya kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang dosen kepada banyak mahasiswa di beberapa kampus. Hal itu terjadi karena dosen tersebut mengajar di sejumlah kampus. “Ada 6 orang korban yang berani melaporkan, namun jumlah korban sebenarnya dapat mencapai 40 orang,” jelasnya.

Penjelasan tersebut sebenarnya memberikan alarm kepada warga kampus di manapun, bahwa seorang warga kampus yang terindikasi melakukan kekerasan seksual di suatu lokus punya kemungkinan melakukan hal serupa di lokus lain di manapun ia berada.

Oleh karena itu, untuk mencegah keberulangan peristiwa serupa, selain mendampingi dan memulihkan korban, advokasi di Kalimantan Tengah juga diarahkan untuk mendorong sikap tegas dari kampus terhadap pelaku. Pihak kampus diminta untuk memecat pelaku agar tidak lagi mengajar. Upaya itu, menurut Ditta, mulai terlihat titik terangnya.

Renny Astuty, Direktur Puan Mahakam, Kalimantan Timur, menceritakan kepekaan kawan sesama mahasiswa yang menjadi salah satu faktor kunci untuk membantu korban yang tidak berani melapor. Seorang mahasiswa akhirnya diketahui merupakan korban kekerasan seksual setelah rekan mahasiswa tersebut memperhatikan perubahan sikap yang menurutnya tidak wajar. “Yang menemukan adalah teman mahasiswa dalam lingkungan kost yang sama,” katanya. Di Kalimantan, umumnya mahasiswa merupakan perantau baik yang berasal dari pelosok yang jauh dari kota atau berasal dari luar Pulau.

Puan Mahakam mencatat, setidaknya terdapat empat kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus yang kini tengah memperoleh pendampingan. Berdasarkan pengalaman identifikasi korban yang sangat membutuhkan dukungan lingkungan yang peka terhadap korban, bukan tidak mungkin terdapat kasus lainnya di lingkungan kampus yang belum teridentifikasi.

Di antara kasus yang didampingi, Puan Mahakam mencatat pelaku merupakan sesama mahasiswa yang merupakan teman dekat korban. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kekerasan dalam pacaran, termasuk dalam bentuk kekerasan seksual, perlu dikupas lebih lanjut agar pencegahan dan penanganannya dapat dilakukan dengan tepat. Ninik Rahayu, Anggota Ombudsman RI, yang bergabung dalam sesi tanya jawab menyampaikan perlunya membangun definisi operasional atas kekerasan dalam pacaran, karena tidak adanya perlindungan atas kejadian ini sehingga data pelaporan terjadinya kasus juga minim.

Untuk mencegah dan menangani kekerasan seksual di lingkungan kampus, diperlukan dukungan dari berbagai unsur untuk bergerak sinergis. Hal itu disampaikan oleh Wiendy Hapsari, Kepala Litbang Sindomedia yang memoderatori acara ini. Menurut Wiendy, the power of 7 element itu, adalah mahasiswa, birokrat kampus, pemerintah, organisasi masyarakat sipil yang mendampingi korban, keamanan dan penegak hukum, masyarakat, dan media.

Kalo kamu, merupakan unsur yang mana? Sudah saatnya ya, bergerak melawan kekerasan seksual di sekitarmu, termasuk yang terjadi di lingkungan kampus!

 

Editor: Ema Mukarramah

Digiqole ad