Serikat Pekerja Migran, Selalu Hadir Memberi Pertolongan
Bagi setiap Pekerja Migran Indonesia, hendaklah berserikat! Dalam kondisi kesusahan, serikat akan dapat dimintai pertolongan. Ketika keluarga sudah tidak peduli, serikat dapat menjadi keluarga pengganti.
Seperti dialami oleh ID, Pekerja Migran Indonesia asal Banyumas. Ia tidak berhasil di Malaysia, sehingga dipulangkan setelah sebulan bekerja. Itupun tiket pulang baru diberikan kepadanya sehari menjelang keberangkatan.
Namun, sesampainya di bandara, tidak ada keluarga yang mau menjemput dengan dalih perjalanannya lama karena memakan waktu sampai 5 jam. Padahal, agen yang memberangkatkannya diwaspadai akan menunggunya di bandara. Apa lagi yang akan terjadi kalau bukan penjemputan paksa? Saat Pekerja Migran Indonesia tiba tanpa penjemputan, justru agen akan leluasa memaksa Pekerja Migran Indonesia yang bermasalah untuk membayar denda yang jumlahnya aduhai karena dianggap tidak menyelesaikan kontrak. (Redaksi: Lihat tentang penjemputan paksa di link berikut ini https://jalastoria.id/waspada-penjemputan-paksa )
Bayangkan, bagaimana perasaan Anda jika diperlakukan seperti itu?
ID kemudian mendapatkan pertolongan karena ia terhubung dengan serikat yang selama ini aktif membantu Pekerja Migran Indonesia. Tidak ada keluarga, serikat pun hadir. ID selanjutnya dijemput oleh aktivis serikat setiba di bandara Adi Soecipto. ID juga memperoleh pendampingan dalam proses pelaporan kepada BNP3TKI.
Penolong yang Tulus
Dengan berserikat, setidaknya akan selalu ada pertolongan bagi Pekerja Migran Indonesia yang mengalami kesulitan, termasuk dalam proses penjemputan setiba di tanah air. Para aktivis -di serikat yang aktif membantu Pekerja Migran Indonesia yang bermasalah- akan memberikan bantuan dengan tulus.
Seorang rekan saya yang juga aktif dalam serikat bercerita, beliau pernah mengantarkan seorang Pekerja Migran Indonesia yang bermasalah sampai ke tempat tinggalnya di Pati, Jawa Tengah. Apakah dari pengantaran itu ia memperoleh imbalan? Tidak. Malah sebaliknya, ia memberikan sangu sebesar Rp200ribu untuk anaknya. Ia mengakui, merasa kasihan dengan anak Pekerja Migran tersebut yang masih kecil.
Seorang rekan lainnya juga menceritakan hal serupa. Suatu waktu, ia menjemput seorang Pekerja Migran Indonesia yang sudah memesan penjemputan kepadanya. Ternyata di saat bersamaan, ia menemukan seorang Pekerja Migran Indonesia asal Bandung yang sama sekali tidak mempunyai kontak keluarga. Ia juga tidak memegang handphone sehingga tidak dapat menghubungi anggota keluarganya. Rekan saya itupun memutuskan untuk mengantarkannya sekaligus. Padahal, setelah diantarkan, rumah tinggal yang disebutnya di Bandung itu sangat jauh sekali dari Bandung. Entah bagaimana ceritanya jika Pekerja Migran Indonesia tersebut harus pulang naik kendaraan umum, apalagi membawa koper yang sangat besar.
Saling Menyapa
Rekan tersebut juga mengingatkan, hendaknya setiap warga negara Indonesia yang berada di negara penempatan tidak sungkan untuk saling sapa dengan sesama  warga negara Indonesia. Siapa tahu, di antara mereka ada Pekerja Migran Indonesia yang bermasalah.
Ketika tidak mengenal serikat, kehadiran aktivis dari serikat bisa jadi dicurigai oleh Pekerja Migran Indonesia yang belum mengenal, apalagi ditambah kekhawatiran terhadap orang yang berpura-pura ingin menolong.
Rekan saya ini kembali menceritakan pengalamannya. Ia pernah menjumpai belasan Pekerja Migran Indonesia yang bermasalah deportan dari imigrasi Arab Saudi. Saat itu, ia berinisiatif menyapa  dengan maksud membantu menelpon keluarga agar mereka dapat segera pulang ke daerah asal. Namun, mereka malah bubar ketakutan.
Tidak lama kemudian, rekan saya berjumpa kembali dengan sebagian mereka yang sedang duduk di peron tempat parkir. Dalam komunikasi singkat itu, mereka sempat menanyakan jalan pulang menuju provinsi Lampung.
Sekali lagi, berserikatlah wahai Pekerja Migran Indonesia! Dan kepada setiap warga negara Indonesia di manapun berada, sapalah sesama anak negeri di sekelilingmu, agar tidak ada Pekerja Migran Indonesia yang bermasalah terluput dari pertolongan!
Bobi Alwy
Sekretaris Jenderal Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI)
—
Dinarasikan dari tulisan penulis dan tanggapan sejumlah rekan di laman Facebook nya.