Review Raatchasi (2019)

 Review Raatchasi (2019)

Ilustrasi (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Raatchasi)

 

Oleh: Risda Aprillia

 

Film inspirational mengenai empowering women memang sangat layak disaksikan oleh banyak orang. Bagaimana sebagai perempuan abad ini, kita tidak hanya dituntut dalam urusan dapur, kasur, dan sumur. Kita juga berhak mempunyai andil akan kebermanfaatan diri kita di lingkungan yang lebih luas. Apalagi jika kita memang mempunyai kapabilitas untuk melakukan itu semua.

Film Raatchasi mempunyai tempat yang spesial di hati penulis setelah menyaksikannya. Film yang disutradarai dan ditulis oleh Sy Gowthamraj pada tahun 2019 benar-benar membuka mata penulis untuk bisa lebih bermanfaat untuk banyak orang dan juga lingkungan.

Film yang mendapatkan delapan penghargaan di India dan beberapa Negara lainnya bercerita mengenai seorang perempuan bernama Geetha Rani (diperankan oleh Jyotika) yang diutus untuk menjadi kepala sekolah baru di sebuah desa terpencil, bagian selatan India. Banyak hal yang ia amati sejak kali pertamanya menapaki sekolah tersebut.

Mulai dari sistem sekolah yang sangat tidak profesional, sampai murid-murid sekolah yang terlihat tidak teratur. Mereka pergi dan datang ke sekolah sesuka hati, membeli rokok di depan sekolah dengan bebas, dan saling berkelahi satu sama lain pada saat jam sekolah. Para guru tentu saja mempunyai andil mengapa murid-murid tersebut dibiarkan berperilaku seperti itu karena ketika Geetha amati guru-guru di sekolah tersebut tidak pernah melakukan kewajibannya sebagai seorang guru. Mereka lebih senang bergosip, berdandan, dan bolos jadwal mengajar.

Orientasi mereka hanyalah sebatas uang dan tidak memikirkan masa depan sekolah dan juga murid-murid yang ada di sana. Bangunan sekolah pun sangat tidak layak meskipun itu adalah sekolah negeri yang dibiayai pemerintah setiap tahunnya. Maka dari itu, dirinya bertekad untuk melakukan perubahan besar-besaran untuk keberlanjutan sekolah dan masa depan murid-muridnya.

Awal mula bekerja tentu saja Geetha diremehkan oleh para guru karena ia adalah seorang perempuan di India yang masih kental dengan stereotype bahwa perempuan berada di bawah derajat laki-laki. Apalagi untuk masalah kepemimpinan. Namun dengan tekad yang kuat, kepribadian yang tegas dan cerdas, membuatnya dengan mudah menghadapi setiap masalah yang hadir.

Hal yang pertama dia lakukan untuk membangkitkan sekolah tersebut adalah meningkatkan kegiatan berdo’a. Ia membiasakan untuk mengawali setiap kegiatan yang ada di sekolah dengan berdoa sebagai bentuk rasa syukur dan juga perlindungan diri dari Yang Maha Kuasa.

 

Baca Juga: Kartini (2017)

 

Kedua, perubahan kinerja para guru. Ia memberikan ultimatum kepada para guru yang bolos mengajar sampai tiga kali untuk dibuat surat peringatan. Jika sudah tiga kali diberikan peringatan, berikan penangguhan. Jika ada guru yang sudah menandatangani buku besar tetapi tidak ada di dalam sekolah, untuk diajukan keluhan kepada polisi setempat.

Hal ini dilakukan untuk menghindari para guru yang suka tidak hadir di dalam kelas. Lalu setiap harinya Geetha Rani mendatangi setiap kelas untuk melihat bagaimana guru tersebut mengajar. Ia percaya tidak ada murid yang bodoh, hanya ada guru yang tidak pandai untuk mengajar. Banyak dari guru yang bahkan masih tidak mengerti pengetahuan dasar dari mata pelajaran yang diampu, ia memberikan waktu satu bulan untuk para guru memperbaiki cara mengajarnya atau mereka akan dipecat. Hal itu membuat para guru berusaha dengan keras untuk menjadi lebih baik agar tidak kehilangan pekerjaan.

Selanjutnya adalah peranan orangtua. Ia memberikan undangan kepada seluruh orang tua untuk datang ke dalam rapat. Di sana ia memberikan pidato mengenai peranan orangtua untuk sekolah dan anak. Jika orangtua ikut andil dalam rangka perbaikan sistem dan fasilitas sekolah, maka anak-anak mereka akan semakin nyaman untuk belajar dan menggapai cita-cita mereka dan membuat bangga orang tua.

Tentu saja karena usahanya yang gigih, perlahan sekolah tersebut bisa bangkit meskipun banyak orang yang iri terhadap usaha dan pencapaian yang dilakukan oleh Geetha. Ada juga kompetitor dari sekolah lain yang selalu memberikan masalah kepada sekolah tersebut. Namun Geetha bisa menangani semuanya dengan baik karena ternyata dia bukanlah orang biasa. Ada beberapa plot twist yang penulis yakin bahwa penonton tidak akan sadar dan menebaknya. Hal ini menjelaskan mengapa Geetha Rani sangat gigih untuk melakukan perubahan di sekolah tersebut menjadi lebih baik.

Kekurangan film ini masih terdapat beberapa scene yang harusnya bisa lebih menyempurnakan alur cerita. Masih banyak poin yang bisa diangkat dari setiap permasalahan dalam film. Mungkin akan lebih baik untuk dijadikan series, karena untuk ukuran film, durasi 175 menit tentu saja ada beberapa part yang harus di cut untuk efisiensi waktu. Meski begitu, tidak mengurangi setiap menit makna yang terkandung di dalamnya.

Film yang mendapatkan apresiasi dari Menteri Pendidikan Malaysia ini patut disaksikan oleh semua kalangan sebagai hiburan yang mendidik akan pentingnya sistem pendidikan untuk kemajuan generasi selanjutnya.

 

Penulis merupakan seorang guru fisika yang senang menonton film.

Digiqole ad