Rayakan Hari Ayah Nasional, Intip dan Kenali Istilah Fatherless

 Rayakan Hari Ayah Nasional, Intip dan Kenali Istilah Fatherless

Hari Ayah Nasional diperingati setiap 12 November.

Pernah mendengar istilah fatherless? Biasanya istilah ini akan sering muncul pada peringatan Hari Ayah Sedunia setiap minggu ke-3 bulan Juni. Sementara Hari Ayah di setiap negara diperingati di tanggal yang berbeda-beda. Indonesia memperingati Hari Ayah Nasional pada 12 November. Hari Ayah Nasional pertama kali diperingati pada tahun 2016 di Balai Kota Solo, Jawa Tengah. Momen ini dicetuskan oleh organisasi lintas agama dan budaya yakni Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP).

Perayaan Hari Ayah Nasional ini untuk mengingatkan pentingnya peran ayah dalam keluarga. Ayah memiliki peran langsung dan tidak langsung dalam pengasuhan anak. Peran langsung ayah bisa dilihat saat ayah terlibat aktif bersama anak, misalnya mengantar anak sekolah, bermain dengan anak, dan membantu anak mengerjakan tugas sekolah. Peran ayah yang tidak langsung meliputi peran dalam pengawasan, pengontrolan dan penyediaan sumber daya. Contohnya ayah mengawasi anak bermain, mengontrol pergaulan anak dan menyediakan segala kebutuhan anak.

Sedikitnya ada enam peran ayah dalam keterlibatan pengasuhan anak. Beberapa peran keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak tersebut meliputi Economic provider, friend and playmate dan caregiver. Serta teacher and role model, monitor and disciplinary dan terkahir protector.

Pertama, economic provider (penyedia ekonomi). Ayah berperan untuk mendukung dan melindungi finansial keluarga. Kedua, friend and playmate (teman dan teman bermain). Ibu terlihat lebih sering bersama anak, ternyata dalam teori ini justru peran ayah dimaksudkan sebagai sosok orang tua yang lebih banyak bermain bersama anak dibandingkan dengan ibu

Ketiga, caregiver (pengasuh). Ayah dianggap sering memberikan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk sehingga memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan. Ayah dimaksudkan bisa memberikan pengertian kepada anak. Keempat, teacher and role model  (guru dan teladan). Ayah bertanggungjawab untuk memberikan peengathuan kepada anak untuk masa depannya. Selain itu, ayah juga diharapkan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh anak.

Baca Juga: JalaStoria Gelar Lomba Menarik Terkait Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Kelima, monitor and diciplinary (memantau dan disiplin). Ayah berperan mengawasi pergaulan anak, terutama jika ada tanda-tanda awal penyimpangan, maka peran ayah dibutuhkan untuk dapat mendisiplinkan anak. Terakhir, protector (pelindung). Tidak hanya mengawasi dan mendisiplinkan anak, ayah juga berperan sebagai pelindung bagi anak. Peran ayah memberikan rasa aman.

 

Mengenal Istilah Fatherless

Ternyata peran ayah sangat kompleks dalam pengasuhan anak. Seiring dengan pentingnya peranan tersebut, ada konsekuensi tersendiri jika ayah tidak memenuhi tanggungjawabnya. Nah, hilangnya peran ayah dalam pengasuhan di dalam keluarga ini disebut dengan istilah fatherless.

Dalam pembahasan ini, fatherless bisa diartikan sebagai suatu kondisi keluarga yang cenderung tidak merasakan peran dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. Fenomena ini bisa dianalisis menggunakan perspektif sosiologi teori struktural fungsional Robert K. Merton. Teori ini memandang realitas sosial sebagai hubungan sistem yang saling berkaitan dan bergantung satu sama lain. sehingga jika ada bagian yang berubah, maka dapat berakibat pada perubahan yang lain.

Keluarga adalah sistem dengan kesatuan yang utuh. Apabila salah satu bagian tidak menjalankan perannya dengan baik, maka akan berdampak pada bagian yang lain. bisa diartikan, apabila secara fungsional struktur ayah tidak ada, maka sulit untuk mencapai keluarga yang harmonis.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, hilangnya peran ayah dalam keluarga disebabkan banyak faktor. seperti perceraian, kematian dan kondisi emosional ayah yang tidak stabil. Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi penyebab fatherless sebab ayah harus bekerja di luar kota, jauh dari rumah dan keluarga. Penyebab lainnya adalah budaya patriarki yang masih menganggap bahwa tugas pengasuhan anak adalah tugas ibu, bukan tugas bersama.

Kehadiran peran ayah dalam keluarga menjadi salah satu kunci untuk mencapai keharmonisan atau kebahagiaan keluarga. Sebaliknya, kosongnya peran ayah akan berdampak secara internal dan eksternal. Secara internal, anak akan kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. Secara eksternal, fatherless akan berdampak pada lingkungan sekitar bahkan negara.

Mengutip dari laman Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), istilah fatherless selalu dikaitkan dengan fatherless country. Menurut Psikolog asal Amerika Edward Elmer Smith, fatherless country adalah negara yang masyarakatnya memiliki kecenderungan tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis.

Meski belum diketahui sumber pastinya, sempat muncul temuan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara fatherless. Hal ini disampaikan oleh anggota tim sosialisasi Universitas Sebelas Maret Qori Zuroida pada 2021 silam, yang dikutip oleh Narasi.

Baca Juga: Mengasimilasi Nilai Sumpah Pemuda dalam Gerakan Perempuan

Temuan ini mendapat perhatian publik dan tidak mendapat penolakan. Karena faktanya ada 2.999.577 dari 30,83 juta anak Indonesia yang telah kehilangan figur ayah atau tidak tinggal bersama ayahnya. Angka ini diperoleh berdasarkan data dari United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2021 bahwa sekitar 20% anak-anak Indonesia dibesarkan tanpa ayah.

 

Dampak Fatherless

Sebenarnya apa sih dampak fatherless? Anak yang mengalami fatherless perkembangan emosionalnya terganggu, seperti anak merasa cemas, marah, sedih, dan anak cenderung merasa dirinya berbeda dari teman-temannya yang tidak mengalami fatherless. Anak juga mengalami kesulitan bermain dan lebih tertutup.

Kehilangan figur ayah berdampak negatif terhadap perkembangan emosional, sosial dan akademis anak. Semakin lama anak tidak memiliki figur ayah, semakin besar potensi dampak negatifnya terhadap perkembangan emosional, sosial dan kognitif anak.

 

Uswatun Hasanah, akrab disapa Uung

Digiqole ad