Punya Bekal Finansial yang Cukup, Itu Penting!

 Punya Bekal Finansial yang Cukup, Itu Penting!

Ilustrasi (JalaStoria.id)

Perempuan sangatlah membutuhkan kemandirian finansial dengan bekerja, baik menjadi pekerja di sektor formal maupun informal, entah berdagang, membuka usaha mandiri skala rumahan, atau lainnya. Penghasilan dari pekerjaan yang dilakoni akan memberikan bekal yang dibutuhkan bagi perempuan untuk menjalani kehidupan.

Bagi para perempuan yang telah memasuki perkawinan dalam kondisi tidak bekerja atau tidak punya penghasilan tetap, tidak ada yang perlu disesali. Sebaliknya, mereka sebaiknya mengelola waktu yang tersedia untuk membangun pertahanan saat kemandirian itu dibutuhkan.

Dalam kondisi seorang istri tidak bekerja, ia akan bergantung secara ekonomi kepada suami. Sampai di sini mungkin tidak akan menjadi persoalan sepanjang suami dan istri tetap berbagi peran dalam pengasuhan dan pekerjaan domestik dan suami mampu memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Namun, apabila suami tidak mampu memenuhinya, atau tidak bersedia memenuhi kebutuhan rumah tangga, ini tentu situasi yang tidak diharapkan oleh siapapun istri, baik yang bekerja atau tidak bekerja.

Berbagi peran dengan pasangan menjadi krusial untuk dilakukan, agar perempuan tidak sekedar menghabiskan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan domestik sepanjang waktu. Memang, pekerjaan domestik sampai saat ini masih dipandang sebagai pekerjaan yang tidak berbayar. Ketika perempuan sebagai istri mengambil alih pekerjaan domestik itu, nilai ekonomis yang dihasilkan oleh pasangan sebenarnya bukan dihasilkan pihak laki-laki atau suami saja melainkan ada peran istri di dalamnya.

Bisa saja terjadi, suami tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya karena mengalami PHK, atau pekerja kontrak yang tidak diperpanjang. Dalam kondisi ini, financial literacy sangatlah dibutuhkan. Kecakapan keuangan memberikan pesan agar setiap orang setidaknya punya tabungan untuk kebutuhan selama 3-12 bulan. Kondisi ini tentu membutuhkan kedisplinanan pasangan suami istri untuk menyisihkan penghasilan untuk menopang kebutuhan di saat dibutuhkan.

Kondisinya akan berbeda jika suami malah tidak bersedia memenuhi kebutuhan keluarga, bukan karena penghasilan tidak mencukupi melainkan karena alasan lainnya, entah masuk akal atau tidak. Misalnya, suami memang tidak mau memenuhi kebutuhan rumah tangga, atau suami memberikan sebagian kecil saja penghasilannya sehingga istri masih harus menutupi kebutuhan  yang tidak tertutupi.

Ketika gap antara kebutuhan dan sumber pendapatan yang tidak lagi seimbang, sampai kapan istri akan berrtahan?

Tentu tidak ada seorangpun yang mengharapkan perceraian, apalagi perkawinan itu merupakan ikatan suci lahir dan batin seorang laki-laki dan perempuan yang diharapkan langgeng sampai akhir hayat. Oleh karena itu, antisipasi tetap diperlukan, mengingat kesetaraan gender belum sepenuhnya dihayati dan mewarnai cara pikir masyarakat pada umumnya. Jika pada akhirnya harus hidup mandiri, perempuan akan membutuhkan bekal kesiapan finansial.  Bekal itu setidaknya akan membuat perempuan mampu melanjutkan kehidupan karena life must go on, dong!

***

Bagaimana dengan perempuan yang belum menikah? Kalau kalian membayangkan kehidupan perkawinan itu ibarat surga dunia, sebaiknya sering-sering deh ngobrol dengan pendamping korban. Atau, coba baca berbagai informasi mengenai penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan yang banyak tersebar, bahkan di google informasinya ribuan. Supaya perkawinan itu bahagia, komitmen dari kedua belah pihak untuk saling memahami dan mengasihi itu penting banget ya.

Mumpung masih sendiri, bekali diri dengan berbagai pengetahuan, informasi, dan dukungan finansial. Dengan kata lain, cari kerjaan dulu deh yang mapan supaya kelak bisa hidup mandiri. Kalau sudah bekerja, bangun komitmen dengan calon suami untuk tetap bisa beraktivitas pasca perkawinan, termasuk pembagian tugas pengasuhan anak. Ingat, mengasuh anak itu bukan kodrat perempuan! Pengasuhan anak itu tugas orang tua, baik ayah maupun ibu, alias suami dan istri. Kemandirian finansial bagi perempuan juga penting karena tidak ada siapapun yang tahu apakah di hari esok ketergantungan ekonomi membuat perempuan menjadi tidak dapat menghindar dari hal buruk yang akan terjadi.[]

 

Diana Amaliah

Digiqole ad