Menyoal Posisi Perempuan dalam Sesal

 Menyoal Posisi Perempuan dalam Sesal

(Foto:opac.perpusnas.go.id)

Judul : Sesal
Penulis : Meria Fitriwati
Penerbit: Simple Publisher
Ukuran : 113 halaman, 21 cm
Tahun Terbit : 2020

 

Buku ini berlatar konflik batin yang dialami oleh Mirna yang terjebak dalam perasaannya kepada sepupunya sendiri, Robert. Sebagai seorang gadis muda yang tidak memiliki banyak teman sepantaran dan terlahir menjadi anak tunggal dalam keluarga, kehadiran Robert dalam hidup Mirna menumbuhkan interaksi pertama Mirna akan dunia percintaan masa remajanya.

Pergaulan Mirna sebagai seorang remaja terbatas oleh didikan orangtuanya yang membatasi Mirna bergaul dengan teman lawan jenisnya. Oleh karena itu relasi  Mirna dengan Robert sebagai saudara berkembang dan memunculkan perasaan layaknya pasangan di antara mereka. Interaksi Mirna dan Robert setiap hari mendorong mereka terbiasa memperlakukan satu sama lain layaknya pasangan kekasih.

Baca Juga: Pacarku yang Agamis, Ternyata Pelaku Pelecehan

Hubungan di antara keduanya menjebak Mirna dalam penentuan pilihan untuk masa depan mereka. Robert mempunyai sifat yang ambisius sebagai seorang laki-laki seumurannya, keambisiusannya akan suatu hal melebihi logika seseorang, Robert akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Apapun.
Mirna memang menaruh hati pada Robert, namun Mirna sama sekali tidak berorientasi untuk membangun hubungan rumah tangga bersama Robert karena ketidakcocokan di antara mereka.

Sebagai seorang perempuan yang sudah merencanakan masa depannya dengan matang, Mirna tidak ingin kehidupannya ke depan dibatasi oleh ambisi Robert. Sementara itu, setelah mengetahui bahwa Mirna mengandung, Robert menjauhi Mirna dan membuat Mirna tertekan menghadapi kondisi kehamilannya sendiri.

Oleh karena itu ia terpaksa mengandung janin hasil hubungannya dengan Robert dengan cara menyembunyikannya dari semua orang. Mirna membujuk orangtuanya agar ia bisa melanjutkan pendidikannya ke pesantren untuk meminimalisir pengawasan orangtuanya dan menjauh dari Robert.

Baca Juga: Anak Ibu dan Puan dengan Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki

Proses mengandung dijalani Mirna seorang diri di dalam pesantren, jauh dari keluarga, terbatas dalam kesendirian. Setiap malam harus merasakan kesakitan, menyembunyikan perutnya yang semakin membesar dengan melilit kain pada perutnya.

Beberapa contoh beban yang dipikul oleh Mirna membuat saya nyeri sebagai  perempuan, bagaimana merasakan kesakitan di tengah situasi yang penuh tekanan.

… Mirna menceritakan semuanya, mulai dari dia memutuskan untuk pindah sekolah ke pesantren, bagaimana dia mengikat erat perutnya dari hari ke hari, sulitnya tidur di tengah malam dengan ikatan kain yang melilit, beratnya menjalani olah raga di sekolah, sampai dia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan semua orang. (hlm 48)

Mirna menahan kesakitannya sendiri, melahirkan anaknya sendiri, dan menyimpan penyesalannya sendiri karena menelantarkan anak yang ia kandung dan lahirkan. Mirna terpaksa meletakkan anaknya di sebuah rumah sesaat setelah ia melahirkan karena keadaannya yang harus melanjutkan pendidikan.

Baca Juga: Memahami Kembali Korban Kekerasan Seksual, Meneguhkan Etika Kemanusiaan

Tekanan psikologis dapat dialami oleh semua orang, tidak terbatas pada seorang perempuan. Namun, dalam kasus yang diceritakan dalam buku ini, Mirna menanggung sendiri tekanan psikologis, ekonomi, dan penyesalan. Secara naluriah seorang ibu tidak dapat berpisah dengan anaknya, hal ini pun terjadi kepada Mirna. Seiring berjalannya waktu, Mirna menyesali perbuatannya yang menelantarkan anak yang ia lahirkan. Ia pun bergerak mencari tahu keberadaan anaknya.

Suatu ketika Mirna bertemu lagi dengan Robert yang sudah memiliki kekasih. Namun masalah kembali datang dan konflik terjadi kembali lantaran kekasih Robert menekan Mirna karena merasa hubungan antara Robert dan Mirna lebih dari sepupu. Akibat tekanan yang terus menerus diterima, Mirna mengeluarkan segala perasaan yang berkecamuk dalam dirinya dan membeberkan bahwa ia mengandung, melahirkan, dan memberikan anaknya pada orang lain.

Terkadang seseorang dapat terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan, menyerah pada keadaan, dan menanggung penyesalan seperti yang dialami oleh Mirna. Ia pada akhirnya dapat bangkit, walaupun hal itu membutuhkan waktu cukup lama karena rasa kehilangan kepercayaan diri ketika kenyataan tidak sesuai harapan.

Baca Juga: Bangkit itu Memulihkan

Buku ini memberi pesan bahwa semua orang memiliki tujuan hidup yang ingin dicapai, namun beberapa di antaranya menjadi terhambat karena berbagai situasi yang dialaminya. Begitu juga dengan perempuan yang seharusnya memiliki akses yang setara dengan laki-laki untuk menggapai semua tujuan.

Pengalaman yang dialami Mirna kerap terjadi pada perempuan dalam kehidupan keseharian di masyarakat. Namun, menghakimi Mirna bersalah tidak akan menyelesaikan permasalahan, justru sebaliknya membuat perempuan mengalami berbagai tekanan yang membuatnya semakin menderita di mana hal yang sama tidak dialami oleh laki-laki.

 

Waltri, Tim Redaksi JalaStoria.id

Digiqole ad