Mantan Pacar Toxic yang Selalu Menghantuiku

 Mantan Pacar Toxic yang Selalu Menghantuiku

Ilustrasi (Sumber: Storyset/Freepik.com)

Setiap aku mempunyai pacar baru, dia akan menghubungi tanpa henti. Persis seperti seorang anak yang menangis saat permennya direbut orang. Padahal hubungan dengannya telah lama usai, bahkan sudah beberapa tahun yang lalu. Tapi dia masih saja mengganggu kehidupanku. Membuatku tidak tenang dan mengusik hubungan baruku.

Panggil saja aku Elma (nama samaran). Aku adalah mahasiswa magister semester 2 di perguruan tinggi yang berjarak puluhan kilometer dari rumah, mahasiswa rantau. Kisahku dengannya bermula sewaktu aku masih berkuliah Strata 1 di perguruan tinggi magisterku sekarang.

Kebetulan, kami masuk dalam salah satu organisasi ekstra kampus yang sama. Tidak ada yang istimewa dari hubungan kami, selain karena rasa cinta yang menggebu. Kala itu aku juga tidak terlalu memikirkan karakter pasangan yang baik, cukup saling mencintai, bagiku itu sudah lebih dari cukup. Pandangan ini yang nantinya akan menjadi penyesalan bagiku.

 

Baca Juga: Pacarku yang Agamis, Ternyata Pelaku Pelecehan

Singkat cerita, intensitas pertemuan meningkat, membuat kami tertarik dan akhirnya memiliki hubungan spesial menjadi sepasang kekasih. Hubungan kami baik-baik saja. Dia mengizinkanku aktif di organisasi, selalu mendukung keinginanku, dan memperlakukanku seperti ratu. Pernah suatu ketika, dia bersedia menahan lapar demi membelikanku sebungkus nasi saat keuangan kami menipis.

Sayangnya, lambat laun perbuatan manis itu berubah seperti mawar berduri. Indah di pucuk tapi tajam di pangkal. Dia mulai membatasi jam malamku, sering berkata kasar, bahkan mengontrol pertemananku dengan lawan jenis. Ini berseberangan dengan kegiatanku sebagai aktifis, tidak kenal waktu, membangun jejaring dan relasi untuk masa depan. Sampai pada batas ini aku masih mencoba berkompromi. Mengingat telah banyak memori suka duka yang kami lewati bersama.

Perbedaan pandangan bertubi-tubi mengundang pertengkaran di antara kami. Setelah beberapa kali putus nyambung, aku memutuskan untuk benar-benar mengakhiri hubungan ini. Sebab aku merasa hubungan ini membawa banyak dampak negatif dalam kehidupanku. Aku terjerat dalam hubungan tanpa batas, kekerasan dalam hubungan, dan perilaku toxic lainnya.

***

Aku berniat menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi ternyata tidak mudah putus dengannya. Dia mencariku seperti orang kesetanan, menginterogasi banyak orang untuk memberitahukan lokasiku padanya. Ya, aku bersembunyi dari kejarannya. Aku tahu kalau kami bertemu, dia tidak segan menarikku dengan paksa untuk kembali berhubungan dengannya.

Hari-hariku sulit dijalani. Aku meminta perlindungan dari orang-orang terdekat. Aku bersyukur, teman-temanku bersedia menjadi ruang aman. Sampai beberapa waktu, dia berhenti menerorku. Akhirnya kami tidak bertemu lagi sejak saat itu.

Aku mulai melanjutkan hidup dengan bersemangat. Leluasa menjalankan kegiatan kemanusiaan, mengikuti banyak pelatihan, dan menambah ruang belajar. Dia juga telah berkeluarga dan merantau jauh dari daerahku. Aku pikir, penderitaanku telah berakhir. Namun nyatanya tidak, dia masih mengawasiku dari jauh. Memantau hubunganku dengan laki-laki yang hendak menjalin asmara denganku.

 

Baca Juga: Dari Kekerasan dalam Pacaran ke KDRT

Setiap kali aku memiliki pacar baru, dia langsung menghubungiku lagi lewat berbagai cara. Jika aku tidak menggubrisnya, dia mengancam akan membeberkan masa kelam kami. Itu bukan hanya gertakan, beberapa laki-laki mundur karena terhasut olehnya. Pacar baruku jadi tidak menghargaiku, bahkan memintaku melakukan hal negatif seperti dulu. Aku memilih sendiri dari pada harus kembali menjadi diriku yang dulu.

Berkat dia, kepercayaan diriku hampir goyah. Aku takut menjalin asmara dengan siapapun. Semua laki-laki sama di mataku, mereka hanya mengambil keuntungan saja. Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan orang yang tepat, kekasihku yang sekarang, Leo (nama samaran). Meski mantan pacarku yang toxic membeberkan masa laluku yang buruk, dia justru membelaku.

Leo adalah orang yang selama ini kucari. Dia menjadi rumah bagiku. Memberi rasa aman, tenang, dan damai. yang terpenting, dia menerimaku apa adanya. Menerima segala kekurangan dan berkomitmen menata masa depan bersama. Beruntung, aku menemukan orang yang tepat.

Sengaja aku menceritakan kisah ini, agar tidak banyak lagi yang menjadi korban.  Setiap orang sangat penting memilih pasangan dengan karakter yang baik, cinta saja tidak cukup. Kerugian hubungan toxic tidak hanya saat berhubungan. Hari-hari setelahnya akan lebih menakutkan. []

 

Narasumber dalam tulisan ini secara suka rela berbagi kisahnya. Narasumber berharap cerita ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Identitas penulis ada pada JalaStoria.

Digiqole ad