Kolaborasi Mendukung Peserta Tuli untuk Berdiskusi
Jakarta, JalaStoria.id – Sobat JalaStoria, tahukah kamu kalo di #NgobrolBareng 15 Juni kemarin, hadir dua orang Juru Bahasa Isyarat, atau disingkat JBI. Mereka adalah Andhika Pratama dan Firman Prayoga. JalaStoria.id mengucapkan terima kasih atas kontribusi para JBI yang luar biasa ini. Atas partisipasi keduanya, rekan-rekan kita dari Tuli dapat mengikuti juga kegiatan ini sampai selesai.
Hal ini sekaligus perlu menjadi perhatian kita juga ya Sobat, untuk memerhatikan kebutuhan khusus rekan-rekan disabilitas agar mereka dapat juga dapat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan, baik offline maupun online. Jenis disablitas tertentu tentunya membutuhkan penyediaan akomodasi yang sesuai. Misalnya, bagi peserta Netra akan membutuhkan kualitas suara yang jernih untuk didengarkan. Adapun peserta Tuli membutuhkan JBI yang dapat disaksikan juga melalui media yang disediakan. Selain itu, teks tertulis juga akan membantu agar peserta Tuli tetap dapat mengikuti berjalannya acara dengan baik.
Itulah sebabnya, JalaStoria mencoba juga menuliskan notulensi singkat melalui kolom chat selama berlangsung paparan dari narasumber. Hal ini dimaksudkan agar peserta juga dapat mengikuti berjalannya proses diskusi yang direkam secara tertulis.
Teman kita dari Tuli memiliki kemampuan literasi berbeda. Ini sebagaimana dituturkan oleh Aulia Nabil. Walaupun demikian, kebutuhan mengeskplorasi pengetahuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai penghapusan kekerasan terhadap perempuan dirasakan penting banget. Ini supaya mereka juga bisa tahu dan mencegah terjadinya kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Juga untuk menghindarkan victim blaming dan agar dapat memberikan bantuan kepada rekan yang mengalami kekerasan.
Hal serupa disampaikan oleh Bagja Prawira, rekan Tuli yang berdomisili di Jakarta. Menurutnya, perempuan Tuli sebagai salah satu korban kekerasan yang paling rentan. Namun, perempuan Tuli banyak yang belum dibekali pengetahuan dan pendidikan seks karena keterbatasan akses informasi.
Oleh karena itulah, salah seorang narasumber, Arum, menyampaikan, kekerasan tidak akan berhenti jika kita tidak melakukan apapun. Kita semua perlu bergerak menghapuskan kekerasan dengan cara apapun, tanpa harus menunggu misalnya menjadi akademisi terlebih dahulu.
Oh iya, #NgobrolBareng yang mengangkat tema Anak Muda Bergerak dalam Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan ini, juga menghadirkan seorang narasumber yang berdomisili di Manokwari. Dia adalah Jehan Julaicha, yang juga aktif di API Kartini DKI Jakarta. Rekan kita yang satu ini merasakan betul betapa pemerataan pembangunan itu dibutuhkan untuk sampai di seluruh pelosok negeri. Selama diskusi menggunakan aplikasi rapat online tersebut, sempat terkendala dengan permasalahan jaringan. Padahal, selama masa pandemi dan juga untuk mengatasi persoalan jarak, jaringan internet sangat dibutuhkan untuk menjangkau peserta dan narasumber yang tidak dapat berada dalam suatu tempat yang sama.
Masih penasaran dengan diskusinya, simak di kanal Youtube JalaStoria ya![]
Editor: Ema Mukarramah