Kekerasan Seksual Itu Terjadi di Rumahku
Oleh: IKD
Di hari itu, seperti biasa aku menyempatkan pulang ke rumah di sela jam istirahat kerja agar bisa memberikan ASI pada anak keduaku yang baru berusia 9 bulan. Aku sengaja menyewa rumah yang tidak jauh dari kantor, hanya sekitar 150 meter dan bisa kutempuh dengan berjalan kaki.
Di rumah anak-anakku senang sekali menyambutku. Mereka ditemani pekerja rumah tangga yang sudah 9 bulan ini bekerja menjaga anak-anak dan mengurusi rumah. Sebut namanya Aya. Dia sangat baik pada anak-anak, selalu patuh setiap kali kuperintah mengerjakan tugas. Usianya sekitar 14 tahun dan memiliki 3 adik yang masih kecil-kecil. Kesulitan ekomoni, akhirnya Aya harus putus sekolah dan hanya mengenyam pendidikan sampai tamat SD. Wajahnya tidak cantik. Kulitnya hitam. Namun kuakui, Aya punya bentuk badan yang semok di usia pertumbuhannya.
Selesai aku menyusui anak keduaku dan menidurkannya, Aya menghampiriku dan menyampaikan keputusannya untuk berhenti bekerja hari itu juga. Sontak aku terkejut dan menanyakan alasannya untuk berhenti. Awalnya dia menolak untuk bicara. Namun setelah didesak, akhirnya dengan nada marah dia buka suara. Betapa terkejutnya aku mendengar alasannya untuk berhenti bekerja bahwa dia merasa kecewa pada suamiku.
Baca Juga: Kekerasan Seksual pada Anak, Kenali 3 Tanda Ini
Aku makin penasaran. Apa alasannya dia kecewa pada suamiku? Terpikir dalam benak apakah dia tidak puas dengan gajinya? Apakah ada pekerjaan yang membuatnya keberatan karena dia harus mengurus anak balita sekaligus bayi dari pagi buta hingga malam? Ternyata bukan itu alasannya. Dia pun mulai menceritakan bahwa sudah dua kali suamiku masuk ke kamarnya di tengah malam. Aya tidur di kamar depan. Sengaja kupesan pada pemilik kontrakan agar dibuatkan kamar. Walau non permanen, hanya dari kayu dan triplek tapi cukup kokoh dan layak dijadikan ruang tidur. Kukira itu sudah cukup nyaman dan aman.
Aya mengaku salah karena tidak mengunci pintu kamarnya saat tidur karena dia merasa hal itu tidak perlu dilakukan. Dia pun tak menyangka suamiku yang selama ini sopan dan sayang pada keluarganya, diam-diam masuk ke kamarnya dan tidur di sebelahnya. Saat malam Aya terbangun, dia pun terkejut. Lalu bertanya pada suamiku yang dipergokinya tengah tidur, “bapak ngapain disini?” “Nggak apa-apa, saya nggak ngapa-ngapain,” jawab suamiku. Aya ragu mendengar jawaban suamiku. Memang suamiku orang yang berpendidikan dan selalu menyempatkan diri untuk beribadah. Namun, apa saja mungkin bisa dilakukan pada dirinya saat dia tertidur. Aya pun mengusir suamiku dari kamarnya dengan berdalih akan mengadu padaku jika dia tidak keluar.
Aya tidak pernah menceritakan peristiwa itu padaku. Hingga sampai hari ini, itu pun Aya memberanikan diri dan mengambil risiko berhenti bekerja, walau dengan perasaan marah bercampur rasa takut. Sebab malam tadi, saat dia belum tidur karena masih main ponsel dan belum mengunci kamarnya, suamiku masuk kembali ke kamarnya dan menggodanya. Namun Aya menolak dan mengusirnya kembali, bilang akan mengadu padaku.
Baca Juga: Celah Pelindungan dalam 6 Kasus Kekerasan terhadap PRT
Dalam hati aku berterima kasih pada Aya karena dia mempunyai pendirian dan berani untuk berbicara. Entah apa yang akan terjadi jika perempuan pekerja rumah tangga dihadapkan dengan majikan pria yang berani menggodanya dan tidak mampu menolak lalu bungkam. Semoga kisah ini memberi pelajaran bagi siapa saja yang mempekerjakan perempuan pekerja rumah tangga untuk memberikan tempat tinggal yang nyaman dan aman. Sebab niat jahat bisa muncul tiba-tiba di saat ada kesempatan, seperti kisah yang kubagikan ini.[]
Untuk menjaga kerahasiaan identitas penulis, nama kami samarkan