Jejak Pemikiran Azyumardi Azra pada Isu Kesetaraan

 Jejak Pemikiran Azyumardi Azra pada Isu Kesetaraan

Jalastoria.id

Minggu, 18 September 2022 kabar duka datang meliputi Indonesia. Ketua Dewan Pers sekaligus Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, tutup usia.

Intelektual muslim yang produktif menulis itu dikenal dengan pandangan kritisnya. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bahkan menyebutnya sebagai intelektual tanah air berkaliber dunia.

Di antara pemikiran Azyumardi Azra yaitu menyuarakan isu perempuan. Ini diakui Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Amany Lubis yang menyebut Azyumardi sebagai guru, pemimpin, juga pejuang hak perempuan.

Berikut antara lain jejak pemikiran Azyumardi Azra dalam isu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan:

  1. Perilaku Adil dan Setara Dimulai Dari Rumah

Dalam sebuah acara yang dikutip dari liputan6.com (15/12/16) Azyumardi menganjurkan pendidikan keseteraan antara perempuan dan laki-laki haruslah dimulai dari rumah dan keluarga. Praktiknya bisa dilakukan dengan mengurangi pembagian pekerjaan rumah berdasarkan jenis kelamin. Misalnya, memberikan pekerjaan yang dianggap milik perempuan seperti menyapu maupun cuci piring kepada anak laki-laki.

Baca Juga: Sjamsiah Achmad: Untuk Kemitraan yang Adil, Setara, dan Tulus

Termasuk dalam hal pengasuhan yang tidak melulu dibebankan kepada perempuan atau ibu. Azyumardi mengatakan laki-laki atau suami harus mengasuh anaknya.

Azyumardi juga mengingatkan bahwa suami dilarang merendahkan istri. Begitu pula ketika anak dalam masalah, bukan hanya ibu yang selalu disalahkan, melainkan kedua orang tua yang wajib bertanggung jawab mengatasinya.

“Jadi, untuk anak-anak itu penting sekali sejak kecil memiliki kesetaraan di antara laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki dan perempuan manusia yang bermartabat, berharkat, dan mulia,” terang Azra.

  1. Mendukung Ulama Perempuan

Azyumardi Azra meruapakan salah satu penasihat Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Dalam tulisannya yang berjudul “KUPI di House of Lords (1),” dikutip dari Republika.co.id (5/4/18) Azyumardi mengatakan praktik Islam Indonesia memberikan kebebasan kepada perempuan untuk berekspresi di segala bidang kehidupan.

Baca Juga: Jihad Gender untuk Mengurai Masalah Kekerasan

Azyumardi mendokumentasikan gelaran KUPI pertama sebagai yang pertama di dunia muslim. KUPI disebut Azyumardi menuai respons hangat dari beragam kalangan baik di dalam maupun luar negeri. Selain respons dari aktivis perempuan dan pemerintah Indonesia, KUPI ditulis Azyumardi juga menarik CTPSR, Coventry University, yang menghendaki kiprah ulama perempuan Indonesia diketahui publik internasional.

  1. Dorong Kepemimpinan Perempuan

Di sini Azyumardi mengemukakan sederet perempuan di tanah air yang pernah memimpin kerajaan dalam perjalanan sejarah nusantara.  Azyumardi dalam Imelda (2016) menyebutkan empat ratu di Aceh yang tercatat pernah memimpin kerajaan Aceh.  Yaitu Sultanah Taj al-Alim Suffiyah al-Din Syah (1641-1675), Sultanah Nur alam Nakkiyah al-Din Syah (1675-1678), Sultanah Inayat Syah (1678-1688), dan Sultanah Kamalat Syah (1688-1699).

***

Kini, Azyumardi Azra telah berpulang. Ia meninggalkan rekam jejak pemikiran yang sangat kaya, termasuk jejak pemikirannya untuk kesetaraan. Selamat jalan, Prof. Azyumardi Azra… [Nur Azizah]

Digiqole ad