Jeda Ruang Bermain Anak dengan Permainan Tradisional

 Jeda Ruang Bermain Anak dengan Permainan Tradisional

Ilustrasi (Sumber: Free-vector/Freepik.com)

Tahukah kamu bahwa bermain adalah salah satu hak anak? Ya, ternyata anak memiliki hak untuk bermain, beristirahat, dan berekreasi. Hal ini juga diatur dalam undang-undang loh! Termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri” (Bab III Pasal 11).

Anak dalam ketentuan Undang-undang ini adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Selayaknya orang dewasa, anak juga membutuhkan perlindungan terhadap haknya. Hak ini ada berbagai macam, hak untuk hidup dengan baik, hak beribadah sesuai kepercayaan, dan hak untuk bermain yang dapat menyokong pertumbuhannya.

Bermain termasuk dalam salah satu proses perkembangan anak, kegiatan yang seringkali dianggap remeh ini memiliki pengaruh belajar yang cukup besar bagi anak. Dalam buku Elizabeth B. Hurlock yang berjudul Perkembangan Anak, anak memiliki 6 proses perkembangan. Apa saja 6 proses perkembangan tersebut?

Pertama, perkembangan fisik. Kondisi fisik anak akan memengaruhi secara langsung bagaimana anak bergerak. Secara tidak langsung, akan memengaruhi cara pandang anak terhadap diri dan lingkungannya.

Baca Juga: Hari Anak Nasional, Ingat Lagi 5 Klaster Hak Anak

Kedua, perkembangan motorik. Perkembangan ini berkaitan dengan pengendalian gerakan jasmaniah.

Ketiga, perkembangan bicara. Kemampuan bicara anak sangat dibutuhkan sebagai bekal dasar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Keempat, perkembangan emosi. Anak-anak dapat mengkomunikasikan perasaan kepada orang lain melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang disertai emosi. Hal ini juga sangat membantu anak dalam bersosial.

Kelima, perkembangan sosial. Perkembangan sosial diartikan sebagai kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

Keenam, perkembangan bermain. Bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga, para ilmuwan juga menekankan bahwa tidak ada yang lebih benar kecuali belajar bersosialisasi. Proses sosialisasi bagi anak terjadi saat bermain, bercengkrama dengan teman sebayanya. Biasanya, bermain bagi anak akan memberikan kesenangan tertentu karena dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan.

Nah, permainan bagi anak ada berbagai macam. Secara garis besar terbagi menjadi dua, permainan tradisional dan permainan modern. Permainan tradisional dilakukan dengan atau tanpa alat bantu yang dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar. Sedangkan permainan modern adalah permainan menggunakan gawai (gadget) atau alat bantu elektronik lainnya.

Indonesia disebut sebagai negeri bermain, karena menurut penelitian Zaini, dosen Sekolah Tinggi Seni sekaligus pendiri komunitas permainan tradisional (komunitas Hong) menemukan 2.500 jenis permainan tradisional. Ia mulai meneliti seni dan budaya sejak tahun 1996. Namun sayang, permainan tradisional mulai ditinggalkan dan jarang dimainkan.

Baca Juga:Suara Anak: Beri Kami Kesempatan dan Stop Jadikan Kami Dekorasi

Hanya 60% permainan tradisional yang masih bertahan. Komunitas Hong menilai rendahnya minat anak bermain permainan tradisional lantaran tergeser permainan modern. Permainan tradisional mengandung banyak nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, kebersamaan, dan toleransi.

Salah satu permainan tradisional anak adalah Gatrik. Dalam buku Serunya Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu oleh Andreas Supriyono, yang dikutip oleh Katadata, dijelaskan, permainan tradisional gatrik adalah permainan yang menggunakan dua batang bambu. Selain dua batang bambu, dalam permainan gatrik juga dibutuhkan dua buah batu bata. Batu bata ini digunakan sebagai penopang bambu yang berukuran lebih pendek.

Untuk bermain gatrik, kumpulkan teman-teman dengan jumlah genap, setidaknya 6 sampai 8 anak. Jumlah ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 bertugas melempar bambu, sedangkan kelompok yang lain bertugas menangkap bambu. Jika bambu berhasil ditangkap oleh lawan main, itu artinya pemain bisa bertukar posisi. menang atau kalah dalam permainan gatrik, ditentukan dengan jumlah poin. Bagi kelompok yang memiliki banyak poin, itulah yang menang. Jenis permainan tradisional lainnya adalah egrang, bola bekel, layangan, dan beragam jenis permainan tradisional lainnya.

Manfaat dari permainan tradisional yang dapat memengaruhi perkembangan anak adalah mengembangkan kecerdasan intelektual pada anak, mengembangkan kecerdasan emosi pada anak, mengembangkan daya kreativitas pada anak, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, dan melatih kemampuan motorik.

Baca Juga: 5 Langkah Partisipatif Mencegah Kekerasan Seksual

Mengingat pentingnya manfaat permainan tradisional bagi anak. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menarik minat anak bermain permainan tradisional, apa saja itu?

  1. Peran orang tua atau bimbingan

Banyak orang tua memberikan fasilitas seperti HP atau alat elektronik lain untuk anak bermain, padahal belum tentu umur anak siap untuk mendapat fasilitas tersebut. Perhatian orang tua sangat dibutuhkan, meluangkan waktu untuk bermain dengan anak sembari membangun hubungan yang erat. Permainan tradisional bisa menjadi pilihannya, seperti congklak dan bola bekel.

  1. Menggabungkan permainan tradisional dengan permainan yang lagi tren
  • Kemajuan zaman tidak bisa terelakkan. Bahkan hal tersebut menjadi salah satu alasan lunturnya minat anak bermain permainan tradisional, karena lebih tertarik bermain dengan gawai. Supaya memperoleh manfaat dari keduanya, triknya adalah menggabungkan antara permainan modern dengan permainan tradisional.

Seperti permainan PUBG dengan Pletokkan, permainan ini sangat mirip, permainan pletokkan menggunakan bambu sebagai bahannya dan gulungan kertas sebagai pelurunya. Sedangkan permainan PUBG adalah game online tembak menembak. Dari sini kita bisa mengkreasikannya atau menggabungkannya, dengan pletokan versi PUBG yaitu permainan peletokan menggunakan seragam yang unik dari bahan yang dibuat sendiri semenarik mungkin sehingga akan menarik perhatian anak.

Keseruan bermain bagi anak adalah proses mereka belajar tumbuh dan berkembang. Aktivitas yang tidak perlu berpikir berat ini dapat dijadikan peluang, agar anak berkembang dengan baik. Tentu, tidak mudah mempertahankan permainan tradisional agar manfaatnya tetap terasa. Tetapi dengan kreativitas dan komitmen memberikan yang terbaik, ada seribu satu cara lain yang dapat dilakukan. Hak bermain adalah hak belajar yang menyenangkan bagi anak. [Uung Hasanah]

 

Sumber:

  1. Hurlock, Elizabeth. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. 1997.
Digiqole ad