FeminisThemis: Komunitas Tuli yang Memperjuangkan Kesetaraan Gender

 FeminisThemis: Komunitas Tuli yang Memperjuangkan Kesetaraan Gender

Ilustrasi (Sumber: Instagram @FeminisThemis)

 

FeminisThemis merupakan komunitas feminis Tuli yang fokus mengedukasi masyarakat awam tentang kekerasan seksual dan diskriminasi yang dialami perempuan Tuli di Indonesia.

Dikutip dari akun Instagram @FeminisThemis, visi FeminisThemis yaitu mewujudkan komunitas feminis Tuli yang aksesibel dan edukatif bagi Tuli dalam melawan ketidakadilan, serta memperjuangkan kesetaraan gender.

 

Awal Pendirian

Berdasarkan wawancara dengan salah satu founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia Naibaho (28/9), FeminisThemis dibentuk pada 8 Maret 2021, tepat saat momentum Hari Perempuan Internasional. Namun sebelum itu, sudah ada pembicaraan untuk membangun komunitas feminis di antara para founder.

Mulanya, FeminisThemis memiliki 5 anggota, terdiri atas 3 founder dan 2 co-founder. Menurut Nissi, FeminisThemis tidak terbatas hanya pada kawan-kawan Tuli saja. Melainkan juga Deaf Ally, atau kawan-kawan dengar yang mendukung komunitas Tuli dan mau belajar bersama. Salah satu co-founder FeminisThemis pun merupakan seorang Deaf Ally. “Intinya sih, melalui FeminisThemis kita sama-sama punya tujuan untuk memberikan informasi yang aksesibel untuk teman-teman Tuli,” jelasnya.

 

Aktivitas

Nissi menilai, akses kawan-kawan Tuli terhadap pengetahuan mengenai feminisme sangat minim. Masih banyak teman-teman Tuli, terutama perempuan, yang merasa belum berdaya atas pilihan sendiri. “Harapannya sih, FeminisThemis dapat mengedukasi dan memberikan akses belajar untuk kawan-kawan Tuli,” tulisnya.

Selain itu, dibentuknya FeminisThemis juga dimaksudkan sebagai penjembatan informasi antara feminis dengar dan komunitas Tuli. Hal ini agar para feminis dengar bisa mengenal dunia Tuli melalui FeminisThemis. Hingga saat ini, menurut Nissi, banyak yang mencari informasi tentang dunia Tuli dan perempuan melalui instagram FeminisThemis.

Terkait penamaan komunitas, pada mulanya anggota FeminisThemis berencana menamakan komunitas dengan FeminisTuli. Namun, para anggota FeminisThemis mengaku belum sreg dengan nama tersebut. Mereka kemudian mencari dan berhasil menemukan diksi yang mencerminkan perjuangan kawan-kawan feminis Tuli, yaitu Themis.

Themis adalah sosok Dewi Yunani yang memperjuangkan keadilan; seorang penentu keadilan yang baik dan bijak, tanpa memandang latarbelakang. “Makanya pas buat kami yang memperjuangkan keadilan, terutama keadilan dan kesetaraan untuk teman-teman Tuli,” jelas Nissi.

 

Prinsip-prinsip

Adapun prinsip FeminisThemis adalah aksesibilitas dan kesetaraan. Menurut Nissi, aksesibilitas bukan cuma untuk Tuli saja. Melainkan juga orang dengar (termasuk disabilitas yang masih bisa mendengar), yang mana membutuhkan akses suara untuk dapat memahami konten-konten FeminisThemis atau komunitas Tuli.

Melalui FeminisThemis, Nissi berupaya untuk memberikan contoh bagi masyarakat, mengenai konten yang aksesibel. Kemudian di forum internal, FeminisThemis mengupayakan untuk menghadirkan Juru Bahasa Isyarat di setiap rapat, sehingga semua orang dapat saling terlibat dan berkolaborasi. Bagi Nissi, posisi semua anggota sama setara.

Dalam kerjasama dengan pihak lain pun, FeminisThemis juga berupaya menerapkan prinsip ini. Misalnya tentang menghadirkan Juru Bahasa Isyarat dan hak mengajukan preferensi. “Perlu diingat, JBI adalah hak kami. Jadi kami punya pilihan,” tegas Nissi. “Kami juga tak segan menolak tawaran yang JBInya tidak sesuai preferensi kami,” tambahnya.

 

Perkembangan

Saat ini FeminisThemis memiliki 3 anggota tambahan; 1 orang sebagai pengisi konten, 1 orang sebagai editor video, 1 orang lagi sebagai penambah suara (dalam hal ini biasanya Juru Bahasa Isyarat-JBI). Ketiganya saling berkolaborasi untuk mengembangkan FeminisThemis.

Meski sudah ada penambahan anggota, Nissi mengaku sangat membutuhkan volunteer tambahan, orang dengar, untuk membantu proses edit video dan desain konten. Menurutnya, video adalah yang paling utama, karena itu yang paling dibutuhkan untuk komunitas Tuli. “Kalo ada yang mau bergabung membantu kami, nanti kami buka lagi open recruitment ya kak,” tulisnya.

Baca Juga: Gerakan Merangkul, Kelompok Anak Muda Peduli Isu PRT

 

Tantangan

Dalam proses menjalankan agenda komunitas, FeminisThemis juga menghadapi berbagai tantangan, di antaranya:

Pertama, FeminisThemis membutuhkan waktu 2x lebih lama terkait akses video. Hal ini membuat FeminisThemis membutuhkan editor video lebih banyak. Diutamakan adalah orang dengar yang mau belajar tentang dunia Tuli sehingga memudahkan kerjasama internal.

Kedua, banyak yang melaporkan kasus kepada FeminisThemis, padahal FeminisThemis tidak menerima laporan aduan. Sedari awal pembentukan, FeminisThemis dimaksudkan sebatas platform edukasi saja. Namun sejak masyarakat mengetahui bahwa FeminisThemis adalah komunitas Tuli yang fokus memberikan edukasi kekerasan seksual dan feminisme, sudah ada Tuli yang speak up kepada FeminisThemis dan turut melaporkan kasus. “Tapi sebenernya itu salah kaprah sih. Kami belum siap jadi tempat aduan, jadi yayasan atau lembaga badan hukum juga belum,” tegas Nissi.

Ketiga, tantangan FeminisThemis terkait dengan ragam variasi bahasa isyarat dari berbagai daerah di Indonesia. Anggota FeminisThemis sendiri menggunakan beragam BISINDO, antara lain satu orang menggunakan BISINDO Jakarta, satu orang menggunakan BISINDO Semarang, satu orang menggunakan BISINDO Purwokerto, satu orang menggunakan BISINDO Jogja, dan satu orang lainnya BISINDO Surabaya.

Selama ini, konten-konten FeminisThemis banyak menggunakan BISINDO Jakarta dan Semarang. Menurut Nissi, ia belum begitu yakin bahwa semua konten FeminisThemis dapat dipahami semua Tuli. Solusinya, anggota FeminisThemis berupaya menggunakan bahasa sederhana dalam konten supaya bisa diterjemahkan ke dalam BISINDO. “Kami juga menggunakan BISINDO yang lebih banyak gesturnya. Sulit kan, ya?” tanya Nissi. Meski begitu, ia mengusahakan agar semaksimal mungkin konten FeminisThemis dapat aksesibel dan sampai pesannya.

Keempat, tantangannya adalah mengedukasi feminis dengar. Sebagian feminis dengar masih sangat awam tentang dunia Tuli, maka FeminisThemis hadir untuk mengedukasi. Bagi Nissi, ini bukan hal yang mudah. Dalam mengedukasi, Nissi dan anggota FeminisThemis berupaya menggunakan cara yang asertif, supaya ada harapan untuk dapat berkolaborasi.

Dengan hadirnya FeminisThemis, diharapkan upaya mengedukasi masyarakat tentang dunia Tuli dan kesetaraan gender semakin berkembang. [ANHS]

Digiqole ad