Dijadikan Pekerja Seks Anak

 Dijadikan Pekerja Seks Anak

(Ilustrasi/Foto: Pixabay/Witizia)

Di suatu siang yang tenang, sebuah media daring memberitakan penggerebekan satuan polisi ke sebuah rumah yang merangkap sebagai kafe di suatu daerah, di kota metropolitan.

Menurut kabar media tersebut, kafe itu juga merangkap bar dan tempat prostitusi. Yang menyedihkan dari hasil penggerebekan tersebut, diketahui bahwa para perempuan yang dipekerjakan di tempat prostitusi itu masih berusia anak-anak dan berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat dan Sumatera.

Polisi mengetahui ini dari hasil penyitaan kartu identitas anak-anak perempuan ini.

Sungguh malang para putri remaja itu. Mereka “diambil” dari orang tuangnya di kampung, diiming-imingi pekerjaan layak, gaji dan tempat tinggal, tapi sesampainya di kota tujuan, mereka malah dijadikan budak seks, bahkan untuk keluar dari rumah penampungan untuk membeli sesuatu di warung atau sekedar mengobrol dengan para tetangga saja dilarang oleh mucikarinya.

Padahal orang tua mereka telah mempercayakan putri mereka kepada seseorang yang nampaknya baik, yang menjanjikan pekerjaan layak sehingga dapat membantu perekonomian keluarga mereka. Di antaranya adalah Rani, sebut saja itu namanya. Ia berasal dari sebuah desa yang sepi di daerah Sumatera. Orang tuanya hanya petani miskin. Rani tidak bersekolah. Baginya, sekolah itu mimpi yang terlalu tinggi baginya dan adik-adiknya. Untuk makan sehari-hari saja mereka harus berhutang hampir setiap hari di warung sebelah rumah, apalagi untuk biaya sekolah, lupakan saja!.

Suatu hari ada seorang perempuan muda singgah di rumah Rani, sepertinya dia bukan warga kampung itu. Dia begitu sopan dan ramah bertanya banyak hal kepada ibu dan ayah Rani yang baru kembali dari ladang, kelihatannya juga dia seorang yang baik.

Sampai kemudian dia melihat Rani dan bertanya apa kegiatannya, ibu Rani menjawab kalau dia putus sekolah karena tidak ada biaya dan sekarang bantu-bantu di rumah saja. Lalu perempuan itu dengan ramah menawarkan pekerjaan menjadi PRT (Pekerja Rumah Tangga) di sebuah keluarga di kota J. Dia bilang dia mengenal baik keluarga tersebut dan mereka sedang membutuhkan tambahan PRT.

Awalnya sang ibu ragu karena Rani anak perempuan satu-satunya dan juga belum pernah pergi jauh apalagi keluar dari desa ini. Tapi perempuan itu terus membujuk ibu dan ayahnya. Ia mengatakan, Kota J itu hanya 8 jam saja perjalanan dari desa kami, dan setiap dua bulan sekali  Rani dapat libur dan pulang ke rumah. Dia juga mengatakan, daripada hanya di rumah saja tidak ada kegiatan, lebih baik Rani bekerja mencari tambahan untuk biaya sekolah adik-adik.

Akhirnya hati sang ibu luluh. Demikian juga ayahnya.  Dengan doa dan restu dari ayah dan ibunya, Rani pun berangkat ke kota J bersama perempuan muda ini dipanggilnya: “Ayuk” (artinya kakak perempuan dalam bahasa desa ini), pada sore itu juga agar tiba di kota J, esok pagi hari, biar tidak panas, demikian penjelasan Ayuk.

Mereka berdua naik minibus sewaan ke dermaga di Pelabuhan B dan dilanjutkan naik kapal. Tepat ketika adzan subuh, kapal yang ditumpangi sudah tiba di pelabuhan Kota M. Keduanya turun dari kapal dan Ayuk langsung mengajak Rani mencari bis jurusan Kota J.

Tiba di terminal Kota J, kira-kira pukul 10 pagi, Ayuk langsung memesan taxi online yang membawa mereka ke sebuah pemukiman yang padat penduduknya. Ayuk mengenalkan Rani pada seorang perempuan setengah baya dan Rani pun diminta beristirahat dalam kamar. Di sana ternyata sudah ada beberapa remaja perempuan seusia Rani juga.

Setelah itu, Rani tidak pernah melihat Ayuk lagi.

Hari pertama tinggal di rumah ini, ibu pemilik rumah masih nampak ramah menyapa  Rani dan yang lain. Tetapi esok harinya sikapnya mulai berubah, dia tidak ramah lagi bahkan mulai membentak menyuruh ini itu.

Dia juga menyita telepon genggam yang dimiliki teman-teman Rani. Mereka semua dilarang menghubungi keluarga dan juga dilarang keluar dari rumah sekalipun untuk membeli pembalut atau cemilan. Dia bilang jika butuh membeli sesuatu ke warung, titip saja kepadanya, dia yang nanti akan belikan.

Siang dan malam, Rani ditugaskan untuk menemani tamu-tamu lelaki yang datang ke rumah itu. Tak jarang tamu-tamu ini juga sering mabok dan berlaku kasar kepadanya.

Rani dan teman-teman tidak berani menolak, karena jika menolak, ada dua orang lelaki bertubuh besar yang akan memukul mereka. Kedua orang penjaga itu disewa oleh ibu pemilik rumah untuk menjaga agar tidak ada satupun dari mereka yang berani kabur dari rumah itu.

Setiap harinya, selama berbulan-bulan, mereka seperti di neraka. Beruntunglah, Dewi welas asih masih berpihak kepada mereka dengan mengirimkan sepasukan polisi dan menggeledah rumah tersebut dan membawa anak-anak perempuan yang berhasil diselamatkan ke dinas sosial setempat.

Setelah penggeledahan itu, semoga Rani dan perempuan lainnya dapat secepatnya diantar pulang ke kampung halaman.[]

 

Editor: Ema Mukarramah

 

(Dituliskan berdasarkan dari pemberitaan di Tribunjabar.id 10/2/2020, Prostitusi Anak-anak Dibongkar di Kelapa Gading – vid)

Digiqole ad