Derita Putri Penjaga Warung

 Derita Putri Penjaga Warung

Anak perempuan ini punya keterbatasan fisik. Ia penyandang tuna wicara dan tuna rungu.

Atas kondisi itu ditambah keadaan ekonomi keluarganya yang sulit, ia pun hanya pernah mengenyam pendidikan Taman Kanak-Kanak.

Tapi jangan salah, keceriaan tetap terpancar dari wajah dan tingkahnya. Ia malah sangat terampil menjaga warung milik ibunya, anggota keluarga satu-satunya yang dimiliki.

Di tengah usahanya mempertahankan hidup, malapetaka datang dan mengubah segalanya.

Saat warung yang dijaganya ditinggal sang ibu ke pasar, seorang lelaki, yang ia kenali lewat suaranya, membeli rokok.

Namun lelaki itu tidak hanya berbelanja, tetapi malah mendekap sang perempuan dari belakang. Ia meronta, tapi tak terlalu berdaya untuk menghalaunya.

Pengalaman itu sulit diungkapkan, bahkan kepada ibunya sendiri. Sebagai pelampiasan, ia menangis sesenggukan di kamar tidur dan kamar mandi rumahnya.

Ia berusaha mencari solusi seorang diri, salah satunya dengan cara ikut ibunya yang hendak pergi ke pasar.

Namun bagi sang ibu, yang tidak tahu kondisi anaknya, meninggalkan warung yang tertutup bakal mengurangi penghasilan harian keluarganya.

Dengan penuh pengertian, jadilah perempuan itu tetap menjaga warung sambil terus berdoa kejadian buruk itu takkan pernah terulang.

Tapi nahas, lelaki yang sama kembali datang ke warung yang dijaga perempuan penyandang disabilitas itu dan mengulangi perbuatannya.

Tidak hanya di hari itu tetapi juga di hari lain, hingga sebanyak 12 kali dengan intensitas kejahatan yang semakin menjadi.

Sang ibu baru menyadari pengalaman pahit yang diderita putrinya saat ia diketahui muntah-muntah dan demam.

Pengirim
Pegiat Isu Perempuan dan Anak

*sumber foto: change.org
—–

Stori Mini

Tulisan ini diolah berdasarkan testimoni/cerita berbasis fakta, yang diperoleh redaksi, mengenai pengalaman seseorang/sekelompok orang saat merasakan, menyaksikan atau mengetahui persoalan yang melilit hidup perempuan/anak baik dalam bentuk kekerasan maupun kejahatan fisik, psikis, ekonomi, dan/atau seksual.

Tulisan ini dimuat dengan dua tujuan. Pertama, pelepasan tekanan dan beban yang menumpuk di hati dan pikiran korban, pengirim stori mini. Kedua, penyebar-luasan pengalaman sebagai upaya saling-menguatkan di antara korban lain, pembaca stori mini, dengan pengalaman serupa.

Sekaligus juga sebagai upaya edukasi kepada khalayak tentang betapa menderitanya perempuan/anak korban kekerasan dan kejahatan fisik, psikis, ekonomi, dan/atau seksual.

Digiqole ad