Berbagi Cerita Punya Andil Cegah Pelecehan Seksual
Upaya melawan laku pelecehan seksual bisa dimulai dari sebuah cerita mini. Perempuan korban maupun penyintas bisa mencegah terjadinya pelecehan seksual dengan cara membagikan ceritanya agar bisa dibaca oleh khalayak.
Anindya Restuviani dari Hollaback Jakarta menyebut organisasinya telah menampung sebanyak 400 cerita mengenai pelecehan seksual. Cerita ini berasal dari mereka yang pernah mengalami pelecehan seksual dan dituliskan dengan narasi yang panjang maupun pendek.
Lewat aneka cerita itu, setiap orang yang membacanya akan menemukan pemahaman ihwal laku seperti apa saja yang termasuk tindakan pelecehan seksual. Sekaligus juga memberikan peringatan kepada perempuan perihal titik mana atau kondisi apa yang sering menjadi waktu terjadinya pelecehan seksual.
“Hollaback merupakan wadah berbagi cerita dan punya tujuan, salah satunya, agar pelecehan tidak lagi dipandang lumrah dan normal,” kata Anindya saat menyampaikan materi pada Press Briefing: “Bagaimana Perempuan Menghadapi Pelecehan di Ruang Publik” di Por Que No, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).
Wadah digital berbagi cerita itu juga dinilainya punya tujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang betapa membahayakannya pelecehan seksual.
Aktris Lala Karmela yang juga hadir dalam pertemuan itu menegaskan pentingnya bercerita untuk sebuah penyembuhan atas memori buruk yang dialami . Meskipun banyak yang masih malu menceritakan pengalamannya itu, bagi Lala, berbagi kisah punya manfaatnya sendiri.
“Selain untuk pelepasan beban, berbagi cerita juga bisa memberikan pengetahuan kepada perempuan lain agar terhindar dari pelecehan seksual,” katanya.
Lebih lanjut, Rastra dari Lentera Sintas Indonesia menyebut, cerita atau informasi dari para penyintas dan korban bisa dijadikan data yang berguna untuk sebuah perbaikan.
Sebagai kelompok pendukung (support group) para penyintas dan korban kekerasan seksual, Lentera Sintas Indonesia juga mendapati banyak temuan salah satunya mengenai banyaknya siswi sekolah yang kena pelecehan dengan derajat yang bermacam-macam.
Fakta itu, kata Rastra tidak lantas dijadikan catatan tanpa makna belaka. Semua temuan ditulisnya dan disusun menjadi data riset yang bisa mengarah kepada rencana tindak lanjut.
Salah satu cerita sukses yang bermula dari data pernah terjadi pada Rasta saat sebuah perusahaan menanggapi data risetnya mengenai pelecehan seksual di tempat kerja.
Berangkat dari data yang dihimpunnya itu, petinggi perusahaan tersebut kemudian melakukan rencana perbaikan sistem kerja untuk setidaknya mencegah tindak pelecehan seksual di teritori kerjanya.
“Memang kami belum memantau perkembangannya lagi, tetapi dengan niat baik perusahaan itu yang berencana menindaklanjuti data kami, artinya data begitu penting untuk sebuah usaha perbaikan,” serunya. (asw)