Belajar Seksualitas melalui Fitur Polling Instagram
Belajar Seksualitas melalui Fitur Polling Instagram
JAKARTA, JALASTORIA.ID – Pada bulan September 2021 ini, JalaStoria berpartisipasi dalam kegiatan virtual exhibition SP Kinasih Yogyakarta bertema “Kedaulatan Beragama dan Berkeyakinan dalam Perspektif Feminis”. Dalam kegiatan ini, JalaStoria mengirimkan tiga hasil karya berupa poster digital yang memuat narasi yang terkait dengan topik seksualitas.
JalaStoria mencermati bahwa topik seksualitas ini masih belum banyak dikenali masyarakat, tak terkecuali anak muda pengguna media sosial. Oleh karena itu, JalaStoria memanfaatkan media sosial untuk memberikan informasi yang relevan, termasuk dengan mengajak pengguna media sosial mengasah pengetahuannya terkait seksualitas.
Berbagai media sosial berinovasi untuk selalu menyediakan fitur-fitur yang menarik para penggunanya. Misalnya Instagram, yang memiliki fitur polling di Instagram story. Fitur ini dapat digunakan untuk membahas berbagai topik yang jawabannya tersedia secara kuantitatif. Melalui fitur ini, berbagai hal dapat dibahas dengan hasil jawaban yang disajikan dalam prosentase.
Dalam polling yang dibuka pada 21 September 2021, JalaStoria melontarkan sejumlah pertanyaan sebagai berikut:
Pertama, terkait kategorisasi feminin, androgini dan maskulin. JalaStoria menanyakan kepada para followers, apakah ketiga hal ini termasuk dalam identitas gender, ataukah termasuk dalam ekspresi gender?
Kedua, terkait kategorisasi perempuan, laki-laki dan transgender. JalaStoria menanyakan kepada followers, apakah ketiga hal ini merupakan jenis kelamin, ataukah identitas gender? Ketiga, terkait biseksual, panseksual, heteroseksual dan homoseksual. JalaStoria menyediakan pilihan untuk followers, yaitu ekspresi gender dan ketertarikan seksual. Selain itu, JalaStoria juga menanyakan kepada followers terkait kategori perempuan dan laki-laki (secara biologis). JalaStoria menyediakan pilihan seks (jenis kelamin) atau gender.
71 followers JalaStoria menjawab pertanyaan pertama. 57 orang menjawab ekspresi gender (80%), sedangkan 14 lainnya menjawab identitas gender (14%). Selanjutnya, pada pertanyaan kedua 73 followers JalaStoria menjawab polling ini. 58 di antaranya menjawab identitas gender (79%), dan 15 lainnya menjawab jenis kelamin (21%). Kemudian, pertanyaan ketiga, masih terdapat 73 followers JalaStoria yang ikut berpartisipasi. 71 di antaranya memilih ketertarikan seksual (97%), dan 2 lainnya memilih ekspresi gender (3%). Sedangkan terkait pertanyaan keempat, 70 orang menjawab polling ini. 34 orang memilih gender (49%), sedangkan 36 lainnya memilih seks (51%).
Lebih lanjut, JalaStoria membuat polling di Instagram yang menanyakan kepada followers, apakah mereka suka belajar mengenai topik seksualitas ini melalui fitur polling Instagram? 33 followers menjawab suka (100%). Tidak ada followers yang memilih tidak suka (0%).
Alasan suka menggunakan fitur polling Instagram pun bermacam-macam. Melalui fitur pertanyaan yang juga dibuat JalaStoria, beberapa followers menyampaikan pendapatnya.
Menurut akun instagram @j******_, polling Instagram bisa digunakan untuk me-refresh ulang pemahaman mengenai SOGIESC (Sex Orientation, Gender Identity and Expression, and Sex Characteristic). Sedangkan menurut @**k***f*, belajar jadi lebih simple dengan polling Instagram. Ada juga yang menyebutkan bahwa menggunakan fitur polling Instagram ini membuatnya mudah memahami topik, yaitu akun @i***h***i***a***n. Sedangkan menurut akun @f**m.01, belajarnya jadi lebih asik. Selain itu, fitur polling Instagram juga bisa melihat berapa persen followers yang perlu edukasi seksualitas, tulis akun @in**n**
Memahami SOGIESC
Dalam memahami jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, JalaStoria merujuk pada genderbread person 4.0. Hal ini merupakan materi dasar dalam teori SOGIESC. Dalam genderbread person 4.0 tersebut, terdapat empat hal inti dari SOGIESC, yaitu identitas gender, jenis kelamin, ekspresi gender, dan ketertarikan seksual.
SOGIESC sendiri dikendalikan oleh berbagai hal, antara lain otak, hati, kelamin dan ekspresi gender. Otak dapat mengidentifikasi identitas gender seseorang (identity). Hati dapat menentukan ketertarikan seseorang terhadap orang lain dari segi fisik, emosional, spiritual atau seksual (attraction).
Baca Juga: Menghapus Diskriminasi Berbasis SOGGIESC di Kampus
Jenis kelamin adalah hal yang mengacu pada organ seks yang dimiliki seseorang saat lahir. Adapun ekspresi gender adalah sesuatu yang terlihat dari perilaku seseorang saat melakukan interaksi dengan lingkungannya. Selain itu, ada pula sex characteristic dalam konsep SOGIESC yang merupakan otoritas penuh tubuh seseorang dan tidak bisa diatur oleh orang lain.
Dengan mengetahui perbedaan antara seks dan gender, juga mengenai SOGIESC, setiap orang akan semakin memahami diri sebagai manusia dengan berbagai kompleksitas terkait seksualitasnya.
Apabila seseorang melakukan identifikasi pribadi tentang dirinya misalnya mengenai identitasnya sebagai perempuan atau laki-laki atau lainnya yang didasari pada perasaan yang sangat personal, hal ini disebut sebagai identitas gender. Identitas gender ini bisa sama atau berbeda dengan gender yang ditetapkan saat lahir. Beberapa identitas gender antara lain perempuan, laki-laki, dan transgender (Federasi Arus Pelangi: 2017).
Selain identitas gender, seseorang juga bisa menampakkan gendernya melalui penampilan fisik, pakaian dan perilaku saat berinteraksi dengan orang lain. Hal ini disebut sebagai ekspresi gender. Seseorang dapat memiliki ekspresi gender yang beragam, di antaranya feminin, maskulin, androgini dan lain-lain.
Sedangkan, apabila seseorang memiliki ketertarikan terhadap manusia lain yang melibatkan rasa emosi dan romantis, dan/atau seksual, hal ini disebut sebagai ketertarikan seksual. Sifat ketertarikan seksual sangat personal. Sejauh ini, dalam masyarakat Indonesia belum banyak mengenal keragaman ketertarikan seksual selain heteroseksual. Masyarakat Indonesia masih tabu dengan hal tersebut. Hal ini juga membuat seseorang mempertimbangkan untuk menyatakan ketertarikan seksualnya secara terbuka atau tidak menyatakannya. [NTZY]