A Wrinkle in Time

 A Wrinkle in Time

Cobalah ingat kembali bagaimana Alice Kingsleigh memulai petualangannya di Wonderland.

Tanpa sengaja, ia menemukan seekor kelinci dengan rompi biru yang kemudian menariknya masuk ke sebuah lubang.

Sekarang coba bayangkan kisah pertama perjalanan Harry Potter saat bertemu dengan pria bertubuh besar dan berkostum aneh, Hagrid.

Dan lihat bagaimana protagonis kita dipaksa “menabrak” tembok peron stasiun kereta untuk masuk ke dunia para juru sihir.

Kedua film fantasi itu, setidaknya, punya empat kesamaan. Pertama, kedatangan tamu asing sekaligus aneh di dunia nyata.

Kedua, tokoh utama kita diajak melewati sebuah medium yang mengantarkannya ke alam lain.

Ketiga, petualangan dan perjumpaan tokoh utama kita dengan aneka rupa wujud aneh di dunia yang sebelumnya tidak dikenalnya.

Keempat, ada musuh yang dihadapi sang protagonis.

A Wrinkle in Time, film anyar garapan Disney ber-genre fantasi, rupanya tidak melupakan empat “standar” itu.

Tapi film yang diadaptasi dari novel anak berjudul sama karangan Madeleine L’Engle Camp yang terbit pada 1962 ini punya ciri khasnya sendiri.

Produk sinematik arahan Ava DuVernay ini punya pesan cinta yang kuat dan sangat cocok untuk jadi tontonan anak.

Nuansa kehangatan keluarga sangat kental tersaji dalam film ini.

Kita benar-benar diajak untuk menikmati rasa haru yang terasa, terutama, di bagian awal dan akhir cerita.

Film fantasi ini mengajak kita berkenalan dengan siswa kelas menengah bernama Meg (Storm Reid) yang tengah menata kembali alur hidupnya.

Sebelum kehilangan seorang ayah, Meg dikenal sebagai siswa berprestasi dan berteman baik dengan sebayanya.

Tetapi menerima fakta bahwa ayahnya, Alex Murry (Chris Pine), hilang secara misterius adalah beban yang berat bagi Meg.

Belum lagi ia harus berhadapan dengan rumor tentang ayahnya yang kabur karena urusan keluarga.

Meg benar-benar diliputi pilu yang mengundang rasa frustrasi.

Perasaan yang kemudian membuatnya miskin prestasi dan hidup soliter, jauh dari pertemanan dengan sebayanya.

Ditambah lagi, ia harus berurusan dengan disiplin sekolah lantaran menyorongkan bola basket ke arah temannya yang “usil”. Jadilah ia kian terpuruk.

Hiburan satu-satunya hanya ocehan adik angkatnya, Charles Wallace (Deric McCabe), yang terdengar cerdas dan menyiratkan hidup yang penuh motivasi.

Ibunya, Kate (Gugu Mbatha-Raw), seperti terlihat masih dirundung sedih atas kehilangan suaminya.

Ya, suami-istri itu memang selalu bersama, baik dalam keluarga maupun karier.

Keduanya adalah ilmuwan astrofisika yang mempelajari hubungan manusia yang dekat dengan berbagai jenis dunia di galaksi lain.

Studi yang kemudian menelan habis waktu Alex dengan pergumulan ilmiahnya dan hanya menyisakan sedikit waktu bersama keluarga.

Hingga sebuah kejadian “melenyapkannya” dari ruang laboratorium. Alex lenyap selama empat tahun.

Asa untuk menemukan Alex tetiba muncul setelah Meg dan keluarganya kedatangan tamu asing bernama Nyonya Whatsit (Reese Witherspoon).

Peristiwa ini sangat mengejutkan Kate dan Meg lantaran tamu misterius ini ketangkap tangan tengah saling bicara dengan adik Meg, Charles Wallace.

Entah bagaimana Charles Wallace pertama kali bertemu dengan wanita aneh ini, namun yang pasti mereka tampak akrab.

Keanehan serupa, yang sama-sama mendadak akrab, saat teman Meg, Calvin O’Keefe (Levi Miller), tetiba mampir ke rumah Meg.

Kita tentu dibuat bingung dengan kedekatan relasi yang begitu mendadak itu.

Tapi kini, biarkanlah Charles Wallace mengenalkan nyonya keduanya yang bernama Nyonya Who (Mindy Kaling).

Wanita ini dikenal karena ujaran berupa kutipan tokoh ternama yang selalu meluncur dari mulutnya. Mungkin ini efek dari aneka buku yang dibacanya.

Hingga akhirnya, Nyonya Which (Oprah Winfrey) muncul dan mengajak Calvin, Meg, dan Charles Wallace berpetualang.

Mereka diajak mengunjungi dunia lain di antariksa lewat sebuah “pintu” bernama tesser, terlihat seperti bayangan bening yang meliuk-liuk mirip gambaran fatamorgana, yang bertindak sebagai lubang teleportasi antar ruang dan waktu.

Tibalah mereka semua di Planet Uriel dengan padang rumput dan danau yang indah.

Tentu saja aneka wujud aneh bermunculan, salah satunya, bunga yang bisa bergerak.

Tapi tetiba sebuah parasit raksasa hitam dan terasa gelap muncul. Rupanya seperti obscurus dalam film Fantastic Beasts and Where to Find Them (2016).

Ternyata itulah makhluk dari Planet Camazotz, sumber dari energi jahat yang merasuki makhluk di seluruh dunia, termasuk para penduduk bumi.

Kita mengenalnya kemudian dengan sebutan “IT”. Makhluk inilah yang akan jadi lawan tangguh Meg dalam cerita.

Ini memang film untuk anak-anak. Jadi tolong abaikan alur cerita yang banyak bolong di dalamnya.

Kita tentu tidak akan mendapatkan identitas rinci tentang Calvin dan kehidupannya.

Kita juga tidak tahu bagaimana Charles Wallace pertama kali bertemu dengan para nyonya, makhluk astral, itu.

Oleh karenanya, fokuslah pada drama yang tersaji.

Linangan air mata Meg saat bertemu dengan ayahnya pasti bikin haru.

Apalagi momen ketika Kate, ibunda Meg, kembali memeluk suaminya tercinta. Tentu pesan cinta dan kehangatan keluarga langsung terasa.

Jadi sekali lagi, abaikan juga logika cerita tentang waktu.

Kita tahu Alex telah pergi selama empat tahun karena tersesat di Planet Camazotz. Tapi perjalanan Meg dkk. tidak dihitung dalam bilangan tahun, melainkan menit.

Kita bisa saling berbantahan di sini, tetapi lihatlah apa yang berubah dari perawakan Alex di Planet Camazotz yang ekuivalen dengan empat tahun waktu di bumi?

Lihat juga perawakan Meg dkk. yang nyaris tanpa perubahan. Semua masih tampak sama, baik sebelum maupun setelah perjalanan.

Tapi waktu yang dihabiskan keduanya, Alex dan Meg dkk, berbeda.

Meski begitu, semuanya tampak jelas: anak-anak harus tahu kelemahan mereka dan kekuatan yang tentu menyertai aneka kelemahan itu.

Salah satunya kekuatan cinta yang memberikan cahaya bagi kehidupan.

Karena seperti dikatakan Nyonya Which: The only thing faster than darkness is light.

Ini film ramah anak dengan kekuatan fantasi yang luar biasa, lewat sajian CGI yang spektakuler.

Tentu saja, anak-anak akan merasakan betapa keluarga merupakan entitas penting dalam hidup mereka.

Untuk Storm Reid dan Deric McCabe, kalian berdua keren! (asw)

—–

A Wrinkle in Time (2018)

Sutradara: Ava DuVernay; Penulis Skenario: Jennifer Lee, Jeff Stockwell; Produser: Jim Whitaker, Catherine Hand; Genre: Fantasi, Petualangan; Kode Rating: Semua Umur; Durasi: 109 Menit; Perusahaan Produksi: Walt Disney Pictures, Whitaker Entertainment; Bujet Film: US$ 103 Juta

Pemeran: Meg Murry (Storm Reid), Kate (Gugu Mbatha-Raw), Calvin O’Keefe (Levi Miller), Charles Wallace (Deric McCabe), Ny. Which (Oprah Winfrey), Ny. Whatsit (Reese Witherspoon), Ny. Who (Mindy Kaling), Dr. Alex Murry (Chris Pine), Red (Michael Pena), Cenayang (Zach Galifianakis)

Diadaptasi dari novel fantasi berjudul sama karangan Madeleine L’Engle Camp yang terbit pada 1962.

Novel ini punya cerita lanjutan (sekuel) yang dibagi menjadi dua generasi.

Generasi pertama menampilkan tokoh Meg Murry sebagai protagonis: A Wind in the Door (1973), A Swiftly Tilting Planet (1978), dan Many Waters (1986).

Adapun generasi kedua menjadikan Polyhymnia O’Keefe sebagai tokoh utama: The Arm of the Starfish (1965), Dragons in the Waters (1976), A House Like a Lotus (1984), dan An Acceptable Time (1989).

Novel A Wrinkle in Time juga pernah diadaptasi menjadi sebuah film televisi Amerika pada 2003 yang ditayangkan di saluran ABC. Film ini disutradarai oleh John Kent Harrison dan diproduksi oleh Walt Disney Television.

sumber data film: IMDB, nytimes
sumber gambar: thebuzzmag.ca

Digiqole ad