A Simple Favor

 A Simple Favor

Rasanya belum lama kita dibuat takjub oleh Searching (2018) dengan aneka kelokan ceritanya (twists). Di pengujung Oktober ini, drama-misteri/thriller lain kembali hadir.

Bedanya, produk sinematik ini memasukkan unsur komedi.

Ya, kali ini, film misteri/thriller yang cenderung serius, dengan harapan dapat terus mengelola bahkan meningkatkan rasa penasaran kita, bakal bercampur dengan lawakan.

Anehnya, lelucon yang disajikan sama sekali tidak merusak konsentrasi kita dalam menebak adegan berikutnya.

Candaan itu malah memperkuat karakter pemerannya dan beberapa jadi petunjuk pengungkapan misteri.

Seperti judul filmnya, A Simple Favor, semuanya bermula dari permintaan bantuan yang sangat sederhana.

Stephanie Smothers (Anna Kendrick), secara mendadak, dipercaya untuk menjaga Nicky, anak Emily Nelson (Blake Lively), sepulang dari sekolahnya.

Memang benar, Nicky adalah teman sekolah Miles, anak Stephanie, dan berkawan akrab. Tetapi jadi ganjil lantaran hubungan pertemanan kedua ibu ini, Stephanie dan Emily, terbilang baru.

Apalagi gaya hidup dan kebiasaan keduanya sangat jauh berbeda. Namun keakraban itu tetap tak terelakkan. Mungkin karena eksistensi keduanya saling mengisi.

Stephanie adalah orang tua tunggal yang mengisi hari-harinya dengan merawat Miles, anak semata-wayangnya, membuat vlog mengenai masakan dan “cerita lain” yang menyertainya, serta mengaktifkan diri di kegiatan sekolah.

Sementara Emily adalah direktur humas perusahaan fashion ternama yang tinggal bersama suaminya yang rupawan di rumah yang sungguh elegan. Ia ibu yang super sibuk dengan pekerjaannya.

Meski tampak berkecukupan, malah cenderung mewah cum ideal, kehidupan Emily terasa penuh masalah.

Kita kemudian tahu, lewat dialognya dengan Stephanie, Emily punya persoalan finansial.

Sebabnya si suami tampannya, Sean Townsend (Henry Golding), tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga Emily.

Maklum, ia seorang dosen sastra yang pernah menulis buku best-seller namun kehabisan inspirasi untuk membuat karya berikutnya.

Jadilah Stephanie merasa wajar bila Emily harus kerja keras, bahkan tidak punya waktu untuk bermain bersama anaknya, Nicky.

Lagipula, Stephanie memang perlu aktivitas ekstra untuk mengisi harinya yang masih diliputi duka atas kematian suami dan saudara lelakinya sekaligus pada sebuah kecelakaan tunggal.

Hingga misteri itu datang.

Stephanie tidak lagi mendapatkan kabar keberadaan Emily setelah direktur humas itu menitipkan anaknya kepada Stephanie, dua hari lalu.

Suaminya memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke kepolisian.

Lewat selipan “ceritanya” di tayangan vlog milik Stephanie, ia menemukan petunjuk keberadaan Emily. Petunjuk yang berujung duka: “Emily” ditemukan tewas di sebuah danau.

Sepintas adegan ini mengingatkan kita pada potongan tayangan film Searching (2018). Dan seperti film itu juga, penemuan tersebut jadi awal sebuah enigma.
Nicky dan Miles mengaku bertemu dengan Emily! Sontak Stephanie dan Sean ternganga.

Ditambah lagi, satu kejadian aneh menimpa Stepahnie di rumah Emily, yang hampir jadi kediamannya setelah Sean meminta Stephanie untuk tinggal bersamanya.

Dari sini, kita akan menjejaki penelusuran ala detektif yang dilakukan Stephanie. Ia melacak satu per satu petunjuk yang diperoleh dari perbincangannya dengan Emily.

Bangunan resolusi cerita pun mulai terbentuk. Tapi awas, ada kelokan (twists) siap menanti sesaat resolusi itu kita yakini.

Rasanya pernyataan Sean kepada Stephanie mengenai istrinya Emily laik jadi sorotan:

She’s an enigma my wife. You can get close to her, but you never quite reach her. She’s like a, beautiful ghost

Dan benar, teka-teki itu terus berlanjut kendatipun bangunan cerita sudah tampak bentuknya. Memang bangunan itu tidak dihancurkan tetapi “desain interiornya” berubah total.

A Simple Favor sangat setia dengan elemen pembentuk genre misteri/thriller. Protagonis kita, Stephanie jadi sosok yang proaktif memecahkan teka-teki.

Karakternya pun, lambat-laun, tumbuh seturut dengan temuan yang diperolehnya. Ticking clock­-nya pun ada meski tak kentara: berkaitan dengan pencairan asuransi jiwa.

Dan ini yang jadi istimewa: setiap adegan, terutama setelah Emily dikabarkan hilang, mengungkap hal baru. Dan hampir tak satupun adegan yang tampak kebetulan (coincidence).

Dengan ini saya rela “dikerjai” plot A Simple Favor.

Bukan karena kelokan ceritanya yang halus dan kreatif, melainkan karena balutan komedinya yang bikin ngakak tetapi hebatnya tidak merusak ritme pengungkapan misteri.

Tentu hal ini tidak bisa dilepaskan dari acting apik Anna Kendrick dan Blake Lively. Penjiwaan perannya sungguh ciamik dan terlihat alami penyajian acting-nya.

Nuansa filmnya pun tidak gelap. Selipan pesan kesetaraan gender-nya pun ada.

Lewat A Simpe Favor, kita diajak bersenang-senang menikmati pengungkapan misteri yang cenderung dicitrakan penuh keseriusan dan diliputi kegelapan. (asw)

—–

A Simple Favor (2018)

Sutradara: Paul Feig; Penulis Skenario: Jessica Sharzer; Produser: Paul Feig, Jessie Henderson; Genre: Misteri, Thriller, Komedi; Durasi: 117 Menit; Perusahaan Produksi: BRON Studios, Feigco Entertainment; Bujet Film: $ 20 Juta; Tanggal Edar: 28 Oktober 2018; Batas Usia Penonton: 17+; Sumber Cerita: Novel berjudul sama yang terbit pada 2017 karangan Darcey Bell

Pemeran: Stephanie Smothers (Anna Kendrick), EmilyNelson (Blake Lively), Sean Townsend (Henry Golding), Dennis Nylon (Rupert Friend), Detektif Summervile (Bashir Salahuddin)

sumber data: IMDB
sumber gambar: Golden Globes

Digiqole ad