7 Cara Mendukung Korban Kekerasan Seksual Berani Bersuara
JAKARTA, JALASTORIA.ID – Fakta bahwa kekerasan seksual terjadi setiap harinya di berbagai belahan bumi sudah bukan hal yang baru, ya. Di Indonesia, seringkali kita menemukan korban kekerasan seksual yang menceritakan kasusnya di media sosial. Istilah umumnya, ‘spill the tea’ atau ‘speak up’.
Namun di sisi lain, kekerasan seksual juga merupakan fenomena gunung es. Di mana kasus yang terjadi sebenarnya lebih banyak dibanding kasus yang tercatat atau yang dilaporkan. Berbagai faktor sering kali membuat korban enggan untuk bersuara dan melaporkan kasusnya. Beberapa di antaranya adalah karena rasa takut, malu dan tidak tahu harus melaporkan kasusnya kemana.
Lalu, bagaimana jika korban kekerasan seksual ternyata merupakan orang yang kita kenal dan enggan menyuarakan kasusnya? Apa hal-hal yang kiranya dapat kita lakukan agar korban berani membuka diri untuk bercerita dan melaporkan kasusnya?
Nah, beberapa followers Instagram @JalaStoria.id membagikan beberapa cara saat mengikuti Give Away Buku Politik Hukum Kekerasan Seksual di Indonesia. GA ini diadakan oleh JalaStoria.id pada 22 Juni sampai 6 Juli lalu.
1. Menanyakan Kondisi Korban
Hal yang dilakukan pertama-tama Menurut @miss_rolling adalah menanyakan kabar dan keadaan korban terlebih dahulu. Bisa juga membawakan sesuatu yang korban sukai. Adapun @wah_ao, menyatakan pentingnya menanyakan keadaan korban, baik fisik maupun psikisnya. Selain itu, akun Instagram @__hipsterbae menyatakan pentingnya memastikan keamanan korban sebelum korban bercerita. Apakah korban berada dalam situasi yang aman atau tidak.
2. Mengarahkan Korban untuk Mengakses Pemulihan
Korban kekerasan seksual tentu merasakan dampak atas kejadian yang dialaminya. Menurut @nellyrauli, dampak buruk yang ditimbulkan pada korban kekerasan seksual bisa jadi sangat buruk hingga menimbulkan trauma atau gangguan mental.
Untuk membantu korban, perlu mengarahkan korban untuk mengakses pemulihan seperti yang disarankan oleh @wah_ao. Apabila korban sedang dalam keadaan tidak baik, maka perlu bantuan profesional untuk pemulihan kondisinya terlebih dahulu.
3. Mendengarkan Korban
Selanjutnya adalah mendengarkan korban. Menurut @nellyrauli, mendengarkan merupakan bentuk empati pada korban. Sementara itu, @afifahfitr juga menyatakan bahwa setiap orang perlu memberikan ruang pada korban untuk bercerita. “Tidak menginterupsi percakapan,” tegasnya. Bahkan menurut @miss_rolling, “biarkan korban bercerita apapun tanpa menghakimi”. Tidak harus mengenai kasus kekerasannya, apabila korban belum siap atau belum mau bercerita. Ia memberikan cara untuk mendengarkan dengan baik, yaitu dengan menenangkan dan meyakinkan bahwa ada banyak orang yang akan membantu dan peduli pada korban.
4. Tidak Reviktimisasi atau victim blaming
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membantu korban kekerasan seksual menurut @afifahfitr, jangan sampai menyalahkan korban atas hal yang dialaminya. “Sebab mereka masih mengalami trauma yang berat,” tulis @ronaanisa dalam komentarnya. Reviktimisasi atau victim blaming pun diyakini sebagai salah satu hal yang membuat korban enggan bercerita, seperti yang dituliskan oleh @imnotchintia. Menurutnya, perlu mengubah stigma di masyarakat soal menyalahkan korban kekerasan seksual.
Lebih lanjut, ia menyatakan pentingnya mengupayakan edukasi ke Aparat Penegak Hukum (APH) di Indonesia soal bagaimana menangani korban pelapor kasus kekerasan seksual, Menurutnya, tak sedikit korban yang enggan melapor karena APH yang kerap melakukan victim blaming. “Budaya victim blaming lah yang harus kita singkirkan,” Tegas @imnotchintia.
5. Menyemangati Korban
Menurut @Zarayabucinn_u, penting bagi setiap orang untuk turut andil menyemangati korban agar korban bisa percaya pada diri mereka sendiri. Ia menjelaskan bahwa ia pernah membaca cerita korban kekerasan seksual di twitter. Ternyata, korban-korban kekerasan seksual dalam kasus tersebut tidak pernah bercerita sebelumnya. Bahkan, terhadap orangtuanya sendiri. Hal yang membuat @Zarayabucinn_u haru adalah para korban saling menyemangati satu sama lain.
Selain itu, berkomunikasi dengan bahasa yang menenangkan korban juga bisa dilakukan. Seperti yang dianjurkan @__hipsterbae. Ia menyarankan untuk meyakinkan korban bahwa ada support system yang akan mendukung sepenuhnya Langkah yang akan korban putuskan.
6. Mendampingi Proses Pelaporan Kasusnya
Menurut @miss_rolling, setelah kita sudah memastikan kondisi korban untuk siap melapor adalah, kita perlu mengumpulkan bukti-bukti terkait kasus. Setelah itu, barulah proses pelaporan dilakukan.
Agar korban tidak merasa terancam setelah melaporkan kasusnya, @Zarayabucinn_u menyatakan untuk tetap menemani korban dalam proses pelaporannya. Selain itu ia juga menyatakan keamanan korban perlu diperhatikan.
Baca juga: Mempersenjatai Diri dengan Buku Pendampingan Dasar Kekerasan terhadap Perempuan
7. Memperluas Dukungan Terhadap Korban
Selain itu, bentuk dukungan terhadap korban juga dapat diperluas, tidak berhenti pada tiap orang sebagai individu. Seperti yang @wah_ao jelaskan, penting menggalang dukungan solidaritas kawan-kawan lainnya agar mendukung korban. Utamanya, supaya korban tidak merasa berjuang sendirian.
***
Nah, itulah 7 cara yang dituliskan oleh followers Instagram @JalaStoria.id untuk mendukung korban kekerasan seksual berani bersuara. Menurutmu, masih adakah cara lainnya? Silakan ditulis dan kirimkan, ya, ke redaksi JalaStoria. [ANHS]